Paul Pelosi, suami Ketua Kongres AS Nancy Pelosi, dihantam dengan palu oleh penyerang tak dikenal hingga tengkoraknya retak. Saat serangan terjadi, pria itu berulang kali menanyakan, “Di mana Nancy?”
Berbagai ancaman ini menjadi pertanda bahaya yang menghadang sebelum Partai Demokrat dan Republik bertarung dalam pemilihan umum paruh waktu, yang akan menentukan partai mana yang berkuasa di Kongres tahun depan, sebuah momen penting dalam sejarah AS.
Retorika ini memuncak, setelah setahun terakhir kekerasan - termasuk ancaman kekerasan - terus terjadi.Play video, "Aerial video shows Pelosi home after attack", Durasi 1,07Paul Pelosi, 82 tahun, saat ini sedang memulihkan diri dari operasi setelah serangan orang tak dikenal di rumahnya dengan palu.Tersangka, seorang pria yang berusia 42 tahun, dikatakan menuntut untuk bertemu Nancy Pelosi setelah menerobos ke rumah mereka di San Fransisco.
Mereka menemukan Paul Pelosi dan penyerangnya - yang disebut polisi bernama David DePape - bergelut memperebutkan sebuah palu. Penyerang merebut palu itu dari Pelosi dan menggunakannya untuk memukul Pelosi.Penyerang itu segera diringkus oleh polisi. Dia mengaku berniat untuk mengikat Paul “sampai Nancy pulang”, kata sumber polisi kepada CBS News.Saat penyerang itu masuk rumahnya, Paul Pelosi berkata ia harus ke kamar mandi, dan melakukan panggilan telepon ke 911 secara sembunyi-sembunyi.
Mereka juga mengunggah foto-foto orang sedang mencoblos ke media sosial sayap kanan, dan mengajak orang lain untuk bergabung.Pria itu diketahui datang ke Washington dari California dan menelepon polisi setelah sampai ke ibu kota, mengaku ia memiliki senjata api dan bermaksud membunuh hakim konservatif tersebut.
Anggota kongres Republik Marjorie Taylor Greene telah enam kali memanggil polisi ke rumahnya karena ancaman-ancaman melalui telepon, yang belakangan diketahui hoaks.”, biasa dilakukan untuk memprovokasi konfrontasi antara target dengan penegak hukum.Kekerasan partisan - dan ancaman-ancaman terkait itu - bukan barang baru dalam politik Amerika.