SORE itu pukul 16.00 WIB, 14 Agustus 1945, Sjahrir datang ke rumah Bung Hatta untuk mengabarkan bahwa Jepang telah minta damai dan menyerah kepada Sekutu.
Selanjutnya Sjahrir menanyakan bagaimana dengan kemerdekaan Indonesia. Bung Hatta menjawab: “Itu tergantung dari kita sendiri.” Sekeping cerita tersebut merupakan rentetan dari peristiwa proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sebuah kelokan sejarah yang ditunggu segenap rakyat Indonesia sebagai sebuah bangsa. Keberanian mengambil sikap dan keputusan di saat genting para pendiri bangsa menentukan kemerdekaan Indonesia.
Selain alasan politis, alasan ideologis sejauh yang dipahami awam karena NasDem sempat berjarak dengan Anies Baswedan terkait dengan Pilkada DKI Jakarta 2017. NasDem yang mengusung Basuki Tjahaja Purnama secara diametral berhadap-hadapan dengan Anies Baswedan. Bahkan, atas pilihan itu NasDem harus bergesekan dengan pendukung Anies Baswedan karena dianggap sebagai ‘penista agama’.
Kesempatan harus diberikan kepada mereka yang terbaik terlepas dari suku, agama, ras, dan golongan. Kecintaan semacam itu jelas bukan cinta sesaat. Inilah cinta yang harus dipahami sebagai mencintai Indonesia dengan Bhinneka Tunggal Ika. Genap dua hakikat cinta terpenuhi dalam keputusan Surya Paloh mendeklarasikan Anies Baswedan. Satu, cinta pada negara dan bangsa Indonesia dengan Bhinneka Tunggal Ika dan, dua, cinta pada konstitusi. Dua alasan itu rasanya cukup untuk membuka cakrawala raison d’etre pendeklarasian Anies Baswedan.
Surya Paloh telah meletakkan dasar masa depan negara dan bangsa Indonesia yang lebih baik. Menurut Daoed Jusuf , masa depan terbentuk oleh tiga hal utama, yaitu 1) kecenderungan; 2) kejadian baik yang dibuat alam dan manusia; dan 3) kemauan dan inteligensi manusia. Surya Paloh menyumbangkan dua dari tiga hal tentang masa depan demokrasi Indonesia: kejadian baik yang dibuat manusia dan kemauan dan inteligensi manusia.
Titik krusial itulah yang dilampaui secara cemerlang oleh Surya Paloh, dengan harus memilih apa porsi masa lalu dan kebutuhan baru yang mendesak . Bukan memilih salah satunya, Surya Paloh lebih memilih peluang membangun pilihan baru yang merangkul semua pihak.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Komitmen GMP Lestarikan Bebegig, Kesenian Warisan Nenek Moyang Warga CiamisBebegig adalah kesenian tradisional terbuat dari bahan-bahan diantaranya, rambut dari pohon Waregu dan pohon Kadaka, bunga pohon rotan, kemudian Topeng dari kayu Albasiah
Baca lebih lajut »
Diterjang Angin Puting Beliung, Pohon Tumbang Tutup Jalur Kereta Api dan Puluhan Rumah RusakAngin puting beliung menerjang wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Minggu (5.3.2023) sore. Akibatnya, sejumlah pohon tumbang dan puluhan rumah warga rusak. Angin...
Baca lebih lajut »
Puting Beliung Terjang Madiun, 257 Rumah Rusak Hingga Jalur Kereta Tertutup PohonBeginilah video amatir yang menunjukkan kepanikan warga saat puting beliung disertai hujan menerjang tiga...
Baca lebih lajut »
Melihat Kondisi Rumah Mewah Bu Mira Terbengkalai-Tanpa Listrik di JaktimViral di media sosial kisah Ibu Mira yang tinggal di rumah mewahnya yang terbengkalai. Rumahnya berlokasi di Kelurahan Jati, Kecamatan Pulogadung, Jaktim.
Baca lebih lajut »
Melihat-lihat Manuskrip Kuno di MCC Malang, Usianya Ratusan TahunRata-rata manuskrip tersebut dibuat dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan diprediksi sudah ada sejak tahun 1.700-1.900.
Baca lebih lajut »
Melihat Olah TKP Kebakaran Depo Pertamina PlumpangPetugas gabungan melakukan olah TKP di lokasi kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara.
Baca lebih lajut »