Jika tidak dilakukan, masyarakat akan merasa kehilangan makna atau esensi dari Hari Raya Idul Fitri. Demikian pandangan seorang sosiolog.
“Sebagai tradisi yang sudah menjadi rutin bak ritual tahunan, secara sosiologis bisa mengalami degradasi makna. Artinya, masyarakat melakukannya lebih karena ‘emosi’-nya, bahkan kadang kehilangan rasionalitasnya,” ujar Ida, Rabu .
Ida mengatakan, kondisi tersebut terlihat dari cara masyarakat yang cenderung tak peduli akan risikonya dalam menyikapi Lebaran di tengah pandemi saat ini.Menurut dia, kondisi ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan bahaya penularan Covid-19 dan implementasi PSBB yang tidak ketat.
“Lalu bak gayung bersambut dengan kuatnya emosi ber-Lebaran. Tidak heran jika pasar bandara dan lain-lain tidak menunjukan suasana pandemi Covid-19,” ungkap Ida. Pandemi Covid-19, lanjut dia, merupakan kondisi abnormal yang kurang dipahami atau masuk nalar seluruh lapisan masyarakat. Di sisi lain, mereka mendapatkan infromasi yang seolah-olah menunjukan situasi sudah relatif aman.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Nekat Mudik, Belasan Ribu Kendaraan Dipaksa Putar Balik'Dari data penyekatan Operasi Ketupat Jaya 2020, kendaraan yang diputar balikkan selama 24 hari total 19.940 kendaraan,' kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus
Baca lebih lajut »
Cerita Warga Solo yang Nekat Mudik Jalan Kaki dari JakartaSalah seorang pemudik yang dikarantina di Gedung Graha Wisata Niaga Solo mengaku pulang dari Jakarta dengan berjalan kaki. Maulana Arif Budi Satrio, warga Sudiroprajan, Solo nekat melakukan itu
Baca lebih lajut »