Artikel ini membahas tentang ancaman terhadap multilateralisme akibat kebijakan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat.
Perkembangan terbaru di arena politik global menunjukkan adanya keraguan akan masa depan multilateralisme. Kebijakan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat , yang ditandai dengan penarikan diri dari sejumlah organisasi internasional dan sikap proteksionis dalam perdagangan, telah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan runtuhnya tatanan dunia yang didasarkan pada kerja sama internasional.
Salah satu indikasi paling jelas adalah hilangnya kepercayaan terhadap Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tak satu pun dari negara-negara anggota telah membawa gugatan terkait kebijakan Trump ke WTO, dan respon dari organisasi itu sendiri hanya bersifat formal. Meskipun Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, menyatakan bahwa ia sedang mencermati situasi, namun belum ada tindakan konkret yang diambil. Di dalam negeri Amerika Serikat, posisi pemerintahan Trump mengenai kebijakan luar negeri juga terlihat beragam. Ada kalanya terdengar pernyataan yang menyatakan tidak ada lagi kawan dan lawan, sementara di lain waktu terdengar pernyataan yang mengajak untuk tetap waspada. Presiden Trump sendiri telah menunjuk Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk melakukan dialog negosiasi dengan Washington, namun belum ada yang dapat dipastikan. Di luar Amerika Serikat, reaksi terhadap kebijakan Trump juga beragam. Negara-negara seperti China bersiap untuk melakukan pembalasan, sementara negara lain seperti Rusia menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap kebijakan tersebut. Semua ini sangat menggambarkan bahwa multilateralisme, yang didasari pada pentingnya institusi dan aturan main internasional, sedang berada di ambang kehancuran.Ketidakpastian ini membuka kemungkinan jalan bagi berbagai skenario masa depan. Pertama, skenario perang dagang yang berujung pada perang bersenjata adalah ancaman nyata. Jika mengingat masa besar kekacauan perdagangan di tahun 1930 hingga 1950-an, ketika as yang secara sepihak menerapkan tarif Hawley-Smooth, hal itu memicu tindakan-tindakan retaliasi sepihak dari negara-negara lain. Tindakan ini berupa manipulasi nilai tukar, memaksa negara lain mengimpor barang yang tidak dibutuhkan, dan melarang negara musuh mengimpor barang-barang penting untuk industri mereka. Hal serupa terjadi di Eropa, di mana Hjalmar Schacht, Menteri Perekonomian Jerman di masa pemerintahan Nazi Hitler, menerapkan kebijakan ekonomi yang tak masuk akal demi menguatkan militer Jerman. Interaksi perdagangan dengan negara lain diarahkan hanya untuk satu tujuan, yaitu membangun kekuatan militer.Kedua, kemungkinan munculnya tatanan dunia multipolar. Dalam skenario ini, kekuatan dunia akan terbagi menjadi banyak pusat kekuasaan, masing-masing membentuk kerangka kerja sama multilateralnya sendiri. Gagasan ini sejalan dengan laporan Munich Security Report 2025 dan laporan IMF mengenai fragmenasi geoekonomi di masa depan. Dalam tatanan ini, negara hegemon seperti Amerika Serikat akan menggunakan seluruh kekuasaannya untuk tekanan, eksploitasi, bahkan agresi terhadap negara-negara lain. Ketiga, penataan multilateralisme baru secara total. Ia hanya akan muncul jika seluruh negara sepakat untuk mereformasi lembaga-lembaga internasional yang ada, seperti IMF, Bank Dunia, WTO, dan puluhan lembaga lain. Pemerintahan Trump telah menunjukkan beberapa tanda-tanda keinginan untuk melakukan reformasi ini, dengan menarik diri dari WHO dan membentuk panel untuk meninjau kembali keterlibatan AS di berbagai organisasi internasional. Keempat, kembali ke multilateralisme lama. Skenario ini membutuhkan waktu dan bergantung pada perkembangan politik domestik Amerika Serikat. Perubahan kebijakan yang berarti di Amerika Serikat harus dimulai dari dalam, dan belum ada tanda-tanda akan terjadi perubahan tersebut.
Multilateralisme WTO Perang Dagang Donald Trump Amerika Serikat Globalisasi Tatanan Dunia
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
PBB peringatkan Sudan Selatan di ambang kehancuranPerserikatan Bangsa-Bangsa menyuarakan keprihatinan mendalam atas ketegangan yang meningkat di Sudan Selatan seraya memperingatkan bahwa perkembangan terbaru ...
Baca lebih lajut »
PBB: Sudan Selatan di Ambang Jurang KehancuranJPNN.com : Perserikatan Bangsa-Bangsa menyuarakan keprihatinan mendalam atas ketegangan yang meningkat di Sudan Selatan
Baca lebih lajut »
PCO: Kunjungan Prabowo ke Turki perkuat prinsip multilateralismeJuru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Philips Vermonte menyatakan bahwa kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto ke Turki akan mempererat hubungan ...
Baca lebih lajut »
”Sudah Cukup Membuat Kehancuran dan Membunuh, Kami Ingin Hidup”Seruan masyarakat sipil dari kedua belah pihak yang bertikai, yakni Israel dan Hamas, yang menuntut diakhirinya perang dan pengembalian tawanan.
Baca lebih lajut »
Tanda Kehancuran Elon Musk, Nasibnya Berubah TotalNasib Elon Musk berubah total. Tanda-tanda kehancurannya makin terlihat jelas. Simak!
Baca lebih lajut »
Manchester City vs Brighton: Erling Haaland di Ambang Rekor FenomenalErling Haaland akan mencoba untuk mewujudkan rekor baru Liga Inggris saat Manchester City menghadapi Brighton & Hove Albion di Stadion Etihad, Sabtu (15/3/2025).
Baca lebih lajut »