Pada 8 Agustus 1831, saksi mata di berbagai belahan dunia mengamati fenomena matahari yang tampak berwarna biru pucat. Fenomena ini disertai dengan cuaca yang tidak biasa di Eropa, membuat komposer Felix Mendelssohn menyebutnya sebagai cuaca yang suram. Ilmuwan lama menduga letusan gunung api raksasa adalah penyebabnya, namun identitas gunung api tersebut masih menjadi misteri. Beberapa kandidat meliputi Babuyan Claro di Filipina, Ferdinandea di Italia, dan letusan gunung dahsyat di Kepulauan Kuril di utara Jepang.
Pada 8 Agustus 1831 seorang pengamat di Palermo Sisilia Italia, melihat sebuah penampakan yang digambarkannya sebagai matahari. Matahari yang diamati pengamat itu tampak seperti cakram biru keputihan pucat.
"Cuaca yang suram; hujan turun lagi sepanjang malam dan sepanjang pagi;sedingin musim dingin," tulis Mendelssohn dalam perjalanan musim panasnya dikutip dari Mental Floss. Kandidat pertama yang menjelaskan kejadian ini adalah gunung berapi Babuyan Claro di Filipina. Tetapi ada kandidat lainnya. Mereka menganalisis tanda-tanda kimiawi dari material vulkanik yang tersimpan di es. Dari sana akan ditentukan material yang sesuai dengan kejadian di tahun 1831.
"Kami menganalisis dua abus secara bersamaan, satu dari gunung berapi dan satu dari inti es. adalah momen eureka yang sesungguhnya," tutur Hutchison.
Letusan Gunung Api Cuaca Fenomena Matahari Eropa Misteri
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Ukraina Hentikan Aliran Gas Rusia ke Eropa, Dampak Besar bagi Uni EropaUkraina menghentikan aliran gas Rusia ke Eropa setelah kesepakatan transit yang penting berakhir pada Rabu
Baca lebih lajut »
200 Tahun Lalu Letusan Gunung Zavaritskii Bikin Bumi MendinginPara peneliti telah mengidentifikasi gunung yang meletus hebat di 1831, yang menyebabkan penurunan suhu global. Berikut penjelasannya.
Baca lebih lajut »
Gunung Berapi Memberi Petunjuk Sebelum LetusanPeneliti menemukan gelombang seismik yang disebut gelombang Rayleigh yang dapat menjadi tanda letusan gunung berapi beberapa menit sebelumnya.
Baca lebih lajut »
Gunung Semeru di Jawa Timur Erupsi, Visual Letusan Tidak TeramatiGunung Semeru di Jawa Timur erupsi Selasa malam, 31 Desember 2024, pukul 20.24 WIB. Erupsi terekam dalam seismograf dengan amplitudo 20 mm.
Baca lebih lajut »
Gunung Semeru Erupsi, Visual Letusan Tidak TeramatiGunung Semeru erupsi pada hari Selasa, 31 Desember 2024, pukul 20.24 WIB. Visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut. Saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung. Berdasarkan catatan petugas, Gunung Semeru telah erupsi sebanyak 12 kali, dengan ke-3 kali erupsi pertama secara visual teramati dengan tinggi kolom letusan 800 meter hingga 900 meter di atas puncak.
Baca lebih lajut »
Abu Letusan Gunung Semeru Pagi Ini hingga Setinggi 800 MeterSeluruhnya, erupsi Gunung Semeru terjadi tiga kali berturut-turut menjelang subuh tadi.
Baca lebih lajut »