Anak Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo berikrar setia pada Pancasila. Tak sedikit simpatisan Darul Islam yang kontra pada putusan itu.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyuruh beberapa stafnya menggeser posisi sebuah papan besar bertuliskan ikrar kesetiaan pada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Satu per satu empat orang perwakilan mantan anggota Darul Islam/Tentara Islam Indonesia dan Negara Islam Indonesia diminta maju untuk membubuhkan tanda tangan pada papan itu.
Pihak Kemenkopolhukam terus membujuknya. Alasannya, momen ikrar kesetiaan tersebut sangat pas karena menjelang peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus."Kalau akang yang membacakan ikrar ini, efeknya akan luas pada simpatisan DI/TII dan NII seluruh Indonesia. Karena mau diakui atau tidak, terorisme dan gerakan fundamentalis Islam di Indonesia merupakan turunan dari DI/TII," ujar Sarjono menirukan ucapan staf Wiranto yang menemuinya.
Pendidikan Kartosoewirjo terbilang keren. Saat pindah ke Bojonegoro pada 1919 dia dimasukkan ke Europeesche Legere School , sebuah sekolah khusus anak peranakan Eropa dan pribumi dengan status tinggi. Setelah lulus pada 1923, Kartosoewirjo pergi ke Surabaya dan melanjutkan ke Sekolah Kedokteran NIAS . Selama tiga tahun dia harus ikut kelas persiapan sebelum memulai kuliah utama.
Marco seorang wartawan yang sempat aktif di Sarekat Islam dan kemudian pindah jadi aktivis partai komunis. Ketika PKI melakukan pemberontakan pada pemerintah kolonial Belanda pada 1926, Marco dibuang ke Boven Digul. Sementara Kartosoewirjo harus rela dikeluarkan dari sekolah dokter karena buku-buku kiri yang dikoleksinya. Masa-masa ini juga Kartosoewirjo muda terpesona pada Haji Omar Said Tjokroaminoto, tokoh pergerakan terkemuka yang oleh Belanda dijuluki Raja Jawa yang tak bermahkota.
Selama 13 tahun, Kartosoewirjo bersama keluarga dan pengikutnya bergerilya di hutan melawan pemerintah Indonesia. Tanggal 4 Juni 1962, dia tertangkap bersama sejumlah pengawalnya di sebuah lembah antara Gunung Sangkar dan Gunung Geber, sekitar Bandung Selatan. sebelum dieksekusi mati pada 5 September 1962, Kartosoewirjo mengeluarkan wasiat. Salah satunya dia meyakini bahwa suatu waktu cita-citya negara Islam bakal terlaksana walaupun lawan menentang..
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Negara Islam ditolak mayoritas Muslim di Indonesia, tapi mengapa impian itu tak pernah pudar?Walau Pancasila sudah disepakati sebagai ideologi negara oleh pendiri bangsa, impian pendirian negara Islam tak pernah mati. Ikuti seri keempat liputan khusus tentang menguatnya konservatisme Islam dalam 74 tahun kemerdekaan Indonesia.
Baca lebih lajut »
HUT Ke-74 RI, Muhammadiyah Singgung Tugas Wujudkan Nilai Islam yang DamaiKetua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai, di usia 74 tahun Indonesia masih ada tugas besar yang masih belum diselesaikan....
Baca lebih lajut »
Ormas Gerakan Reformis Islam Gelar Upacara Bendera Merah Putih'Bagi kami, NKRI dan Pancasila itu harga mati,' tegas Chep Hernawan.
Baca lebih lajut »
Ketua Gerakan Reformis Islam Jadi Pengibar Bendera HUT RICep Hernawan jadi petugas pengibar bendera di Ponpes Nurul Hidayah.
Baca lebih lajut »
Muhammadiyah: HUT Ke-74 RI Momen Islam Membangun Kebersamaan...Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menilai, di usia 74 tahun kemerdekaan Republik Indonesia masih...
Baca lebih lajut »
Perguruan Islam Ar Risalah Peringati Detik-detik ProklamasiPara siswa diajak untuk merenungi hakikat kemerdekaan.
Baca lebih lajut »