Muatan kritik dalam ekspresi seni adalah hal biasa. Meski ada pihak menilai diperlukan batasan, pembredelan pameran tetap mengkhawatirkan bagi kebebasan berkesenian.
Pembatalan pameran lukisan karya Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia pada Desember tahun lalu menyulut kehebohan. Lima lukisan yang dianggap menyerupai Presiden Joko Widodo dan mengandung kritik sosial-politik diminta diturunkan. Pembatalan ini dianggap sebagai bentuk pengekangan terhadap kebebasan berekspresi.
Pernyataan tersebut disambut jurnalis dengan melemparkan sejumlah pertanyaan mengenai muatan kritik dalam ekspresi seni. Sebab, sekitar tiga pekan sebelumnya, pameran lukisan karya Yos Suprapto berjudul “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” dibatalkan hanya beberapa jam sebelum pameran dibuka.Salah satu pertanyaan yang mencuat adalah, “Apakah Galeri Nasional terbuka dengan karya seni bermuatan kritik?”.
Fadli kembali diberondong pertanyaan mengenai batasan yang dimaksud. Jadi, ketika ada seniman yang ingin berpameran di Galeri Nasional, karyanya tidak lagi diturunkan dengan berbagai alasan. “Jelas . Mau ditanyakan apa lagi? Sudah tampak, kan? Fakta obyektifnya seperti itu,” kata Yos sehari setelah pembatalan pameran.Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan 1993-1998 Nunus Supardi menyebutkan, pameran karya seni memang memiliki pertimbangan etika dan estetika. Menurut dia, dalam kasus pembatalan pameran karya Yos Suprapto, masih ada hal yang belum disepakati antara perupa dan kurator hingga beberapa saat jelang pembukaan pameran.
Menurut Agus, karya Hardi masuk dalam jenis vibrasi vitae. Hal itu sesuai dengan karakter Hardi yang blak-blakan dan menjurus langsung pada persoalan. Saat membuka pameran karya Hardi bertajuk “Jejak Perlawanan Sang Presiden 2001” di Galeri Nasional, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menilai karya-karya Hardi bernuansa kritik sosial pada zamannya. Kritik-kritik hardi dituangkan dalam kanvas dan mendapatkan atensi dari berbagai pihak, termasuk media massa.
Menurut Fadli, kritik merupakan vitamin bagi sebuah kemajuan. Ia mengatakan, tidak ada kemajuan yang bisa dinikmati tanpa adanya masukan dan kritik. Pernyataan tersebut disambut jurnalis dengan melemparkan sejumlah pertanyaan mengenai muatan kritik dalam ekspresi seni. Sebab, sekitar tiga pekan sebelumnya, pameran lukisan karya Yos Suprapto berjudul “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” dibatalkan hanya beberapa jam sebelum pameran dibuka.
Batasan Dalam Pameran Lukisan Pembredelan Pameran Lukisan Pameran Yos Suprapto Dibatalkan Galeri Nasional Indonesia Pameran Jejak Perlawanan Sang Presiden 2001
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Menteri Kebudayaan Buka Pameran Seni Kritik, Tetap Perlu BatasanMenteri Kebudayaan Fadli Zon membuka pameran seni Jejak Perlawanan Sang Presiden 2001 yang dianggapnya bermuatan kritik. Fadli Zon menegaskan bahwa kritik dalam seni tetap perlu batasan, mengingat budaya Indonesia yang kental dengan nilai Timur. Ia mencontohkan Jerman yang memberlakukan hukuman bagi penggunaan simbol-simbol Nazi.
Baca lebih lajut »
Pameran Tunggal Yos Suprapto, Menyelami Kritik Sosial dalam Bahasa Simbolisme Lukisan bak Cerita NovelPameran tunggal lukisan Yos Suprapto akan berlangsung di Galeri Nasional, Jakarta, pada 19 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025.
Baca lebih lajut »
Pameran Lukisan Cinta Ibu, Libatkan Anak 'Neurodiverse'Dalam rangka menyambut Hari Ibu pada 22 Desember 2024 mendatang, sebuah pameran lukisan bertema cinta ibu dan anak digelar di kawasan M Bloc Space, Jakarta Sela
Baca lebih lajut »
Pameran Yos Suprapto Dibatalkan, Lukisan DipertahankanPameran seni lukis karya Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia batal dibuka setelah terjadi perselisihan antara kurator dan pelukis mengenai 5 lukisan yang diminta diturunkan.
Baca lebih lajut »
Pameran Lukisan Yos Suprapto Dibatalkan Usai 2 Lukisannya DiturunkanPameran seni bertajuk 'Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan' karya seniman Yos Suprapto terpaksa dibatalkan di Galeri Nasional. Pembatalan ini terjadi setelah Yos Suprapto keberatan atas permintaan kurator, Suwarno Wisetrotomo, untuk menurunkan dua lukisannya yang dianggap tidak sejalan dengan tema pameran.
Baca lebih lajut »
Perdana di Era Prabowo, Pameran Lukisan Tunggal Seniman Kawakan Ini DiberedelJPNN.com : Pengunjung yang hadir di pembukaan Kamis malam dilarang melihat pameran yang telah dipersiapkan sejak setahun terakhir.
Baca lebih lajut »