Teks ini membahas perbandingan antara kebijakan libur sekolah Ramadhan di masa Presiden Gus Dur dengan pandangan Menteri Pendidikan Abdul Mu'ti saat ini. Kebijakan Gus Dur yang meliburkan sekolah selama Ramadhan dianggap sebagai langkah untuk memperdalam nilai agama dan karakter, namun dihadapkan pada tantangan di era modern ini. Teks ini juga menelisik esensi dari pendidikan yang seharusnya mencakup aspek akademis dan spiritual.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti usai menghadiri Tanwir 1 Aisyiyah di Jakarta, Rabu (15/1/2025). Salah satu kutipan kalimat yang pernah disampaikan Gus Dur bahwa pendidikan tidak hanya sekadar mengajarkan kita untuk tahu, tetapi juga untuk peduli, tampaknya menjadi semakin relevan saat ini. Di tengah kesibukan menjelang Ramadhan hadir dilema bagi umat Islam, terkait isu anak-anak yang harus menjalani puasa sambil belajar.
Sebagai bagian dari tradisi tahunan, Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan ego, nafsu, dan, bagi sebagian besar orang tua, ketegangan antara pendidikan dan ibadah. Di tengah dilema ini, seorang tokoh besar, Presiden Gus Dur, muncul dengan sebuah kebijakan yang berani, meliburkan sekolah selama bulan Ramadhan. Kebijakan ini tidak hanya menyoal pendidikan, tapi ini adalah cerminan dari bagaimana Gus Dur memandang pendidikan sebagai suatu entitas yang holistik, yang lebih dari sekadar pengejaran akademik. Pada tahun 1999, kebijakan Gus Dur yang mengistirahatkan anak-anak dari kewajiban sekolah selama Ramadhan menjadi topik hangat. Para pendidik dan orang tua terbagi dalam dua kubu besar yakni satu yang melihatnya sebagai langkah progresif untuk memperdalam nilai-nilai agama, dan satu lagi yang menganggapnya sebagai penghalang bagi kemajuan akademik. Bagi Gus Dur, Ramadhan bukan hanya bulan untuk merenung dan beribadah, tetapi juga bulan untuk mendalami karakter, ketakwaan, dan empati terhadap sesama. Namun, hari ini, bangsa ini dihadapkan pada wacana baru mengenai libur sekolah Ramadhan. Di tahun 2025, pemerintah kembali mempertimbangkan kebijakan serupa, tetapi dengan pendekatan yang berbeda. Menteri Pendidikan, Abdul Mu'ti, dengan jelas menegaskan bahwa libur sekolah selama Ramadhan bukanlah pilihan, dan sistem pembelajaran harus tetap berjalan meskipun ada penyesuaian waktu. Ini menjadi perbandingan yang menarik antara masa Gus Dur dengan pemikiran Abdul Mu'ti dan bahkan pemimpin lain seperti Presiden Prabowo yang mungkin memiliki pandangan lebih pragmatis terhadap pendidikan.Bagi Gus Dur, pendidikan adalah tentang mengasah karakter, memperdalam nilai spiritual, dan menciptakan individu yang cerdas secara emosional dan sosial, bukan hanya akademis. Melalui kebijakan libur sekolah selama Ramadhan, Gus Dur mengingatkan semua bahwa pendidikan seharusnya mencakup semua aspek kehidupan, termasuk agama dan kebersamaan. Libur sekolah selama sebulan memberi kesempatan bagi anak-anak untuk merenung dan memperdalam hubungan mereka dengan Tuhan. Bulan Ramadhan, menurut Gus Dur, adalah waktu yang tepat untuk memperkuat nilai-nilai agama dan pengendalian diri. Dalam suasana penuh refleksi dan ketenangan, anak-anak diberi ruang untuk tumbuh, belajar tentang kebersamaan, empati, serta kedewasaan. Gus Dur melihat liburan ini sebagai kesempatan bagi mereka untuk menemukan kedalaman agama sekaligus memperbaiki karakter, yang lebih penting daripada sekadar pencapaian akademik. Kebijakan ini menghadirkan sebuah tantangan yakni apakah bangsa ini bisa mempertahankan nilai-nilai spiritual dan kebersamaan di tengah dunia modern yang cenderung praktis dan individualistis? Mungkin pilihan untuk meliburkan sekolah selama Ramadhan terdengar tidak lagi relevan dalam konteks zaman sekarang, tetapi tetap penting untuk membangun fondasi karakter yang kuat. Pendidikan harus mengajarkan anak-anak untuk peduli terhadap diri mereka, orang lain, dan dunia mereka. Tantangan yang dihadapi Gus Dur adalah bagaimana menyelaraskan antara pendidikan yang mempersiapkan anak-anak untuk dunia kompetitif dan pendidikan karakter yang membentuk mereka menjadi manusia yang lebih baik. Ini adalah pertanyaan yang masih relevan hingga kini. Seiring waktu, kebijakan ini mungkin akan terus diperdebatkan. Namun, yang perlu diingat adalah esensi dari pendidikan, bagaimana masyarakat menyeimbangkan antara kebutuhan akademis dan kebutuhan spiritual untuk membangun karakter. Gus Dur memberi bangsa ini warisan yang lebih penting yakni mendidik generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga kaya dalam nilai-nilai kemanusiaan. Sebagaimana Gus Dur pernah berkata, 'Pendidikan tidak hanya sekadar mengajarkan kita untuk tahu, tetapi juga untuk peduli.' Inilah inti dari kebijakan libur Ramadhan, memberikan ruang bagi anak-anak untuk peduli termasuk peduli pada agama mereka, peduli pada sesama, dan peduli terhadap dunia mereka. Sebuah warisan yang tetap relevan meskipun menantang zaman. Di masa Gus Dur, libur sekolah selama Ramadhan bukan hanya soal istirahat dari rutinitas akademik, tetapi lebih sebagai kesempatan untuk memperdalam nilai agama, memperkuat karakter, dan membangun hubungan spiritual. Gus Dur memandang Ramadhan sebagai waktu yang tepat untuk pendidikan yang holistik, mengasah kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual secara seimbang
Gus Dur Libur Sekolah Ramadhan Pendidikan Karakter Abdul Mu'ti
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Bahas Fufufafa Depan Menteri, Putri Gus Dur Ini Pernah Jadi Juri Stand Up ComedyInayah Wahid terkenal dengan sifatnya yang humoris dan ceplas-ceplos
Baca lebih lajut »
Sri Mulyani-Erick Thohir Merapat ke Kantor Bahlil, Bahas Apa?Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri BUMN Erick Thohir mendatangi Kantor Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
Baca lebih lajut »
Gus Dur dan Pendekatan Toleransi di BaliKisah harmoni Gus Dur di Bali yang menunjukkan pendekatan uniknya dalam membangun toleransi antar umat beragama.
Baca lebih lajut »
Firasat Gus Dur sebelum Tragedi Tsunami Aceh yang Bikin Romo Benny Akui KewaliannyaBenny mengingat bagaimana Gus Dur sering berbicara tentang bencana yang belum diketahui tempatnya. Gus Dur bahkan menggambarkan bahwa ada air bah yang akan datang sebagai bagian dari musibah besar tersebut
Baca lebih lajut »
Saat Kiai Diledek Pastor Tak Bisa Nikmati Daging Babi, Humor Gus DurNamun, yang menjadi bagian paling lucu dari cerita ini adalah ketika sang kiai menjelaskan tujuannya untuk keluar dari kereta
Baca lebih lajut »
Nostalgia Libur Ramadan Sebulan Zaman Gus Dur: Netizen Sebut Jadi Masa TerindahDi laman media sosial Quora, netizen turut membagikan pengalamannya saat menjalani libur Ramadan selama satu bulan di era pemerintahan presiden Gus Dur.
Baca lebih lajut »