Filateli memiliki sejarah panjang sejak prangko pertama kali diperkenalkan di Inggris pada 1840 dan di Indonesia pada 1868
Jika di Jakarta orang sedang sibuk dengan sidang korupsi timah, ternyata tidak berpengaruh di Bangka Belitung. Praktik liar tambang timah masih merajalela.Namun, di era digital saat ini, muncul pertanyaan: apakah prangko masih dibutuhkan? Apakah masih ada anak muda yang tertarik untuk mengumpulkan benda pos ini?
Pada masa sebelum prangko, pembayaran pos dibebankan kepada penerima surat. Dalam buku Mengenal Filateli Indonesia karya Richard Susilo, ada sebuah cerita menarik tentang dua pasangan yang kerap bertukar surat, namun surat-surat mereka ditulis dalam sandi yang hanya mereka pahami. Praktik ini akhirnya terungkap Sir Rowland Hill, seorang tokoh di Inggris. Ia kemudian mengajukan gagasan kepada Parlemen Inggris untuk mengubah sistem pembayaran pos, yakni dengan membayar di muka dan menempelkan prangko sebagai tanda pelunasan. Gagasan ini diterima dan pada 1 Januari 1840, penggunaan prangko resmi diberlakukan di Inggris.Di Indonesia, prangko pertama kali digunakan tahun 1868. Berarti prangko telah menjadi bagian dari kehidupan pos di negeri ini selama lebih dari 150 tahun.
Hal ini berdampak pada penurunan minat masyarakat untuk membeli prangko, yang pada akhirnya juga mengurangi antusiasme terhadap hobi filateli. Khususnya di kalangan anak muda, gairah untuk mengumpulkan prangko seolah telah memudar.
Prangko Sejarah Prangko Kolektor Prangko Filatelis Benda Pos Hobi Filateli Era Digital Prangko Indonesia Perkembangan Pos Warisan Budaya.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Kedaulatan Digital Indonesia: Tantangan dan Peluang di Era Transformasi DigitalMenteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menekankan pentingnya kedaulatan digital dalam menghadapi transformasi digital yang pesat. Ia menjelaskan langkah-langkah pemerintah untuk mencapai kedaulatan digital, termasuk pembangunan data center, penguatan SDM, dan penerapan regulasi perlindungan data pribadi.
Baca lebih lajut »
Bank Digital Optimistis Lanjutkan Pertumbuhan Seiring Pemangkasan Bunga AcuanPertumbuhan transaksi digital, penguatan ekosistem, dan penyaluran kredit digital jadi motor pertumbuhan bank digital.
Baca lebih lajut »
Merayakan Hari Jantung Sedunia Dari Sudut Pandang FilateliSelain kampanye kesehatan peringatan Hari Jantung Sedunia juga didukung oleh penerbitan prangko dengan tema jantung
Baca lebih lajut »
Teknologi AR Bawa Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Era DigitalDengan memanfaatkan teknologi ARmemungkinkan jutaan orang untuk terlibat dalam pertemuan pribadi yang mendalam dengan Paus Fransiskus melalui representasi digitalnya
Baca lebih lajut »
Dukung Solopreneur di Era Digital, Bank Saqu Jadi Official Banking Partner Ideafest 2024Tren solopreneur sebagai penggerak ekonomi digital muncul karena perkembangan platform digital
Baca lebih lajut »
Identity Stack Solusi Keamanan Aset Kripto di Era DigitalDengan meningkatnya risiko keamanan di era digital, platform Identity Stack hadir dengan solusi inovatif untuk melindungi aset kripto dari ancaman siber. Melalui teknologi biometrik dan kecerdasan buatan (AI), Identity Stack mampu mencegah penipuan identitas berbasis deepfake dan AI, memberikan lapisan perlindungan tambahan bagi pengguna.
Baca lebih lajut »