Sebenarnya, siapa saja bisa mengalaminya. Tapi, penting juga untuk kita tahu batas-batas kewajaran ketika mengalami gangguan sukar tidur.
”Tetap harus diwaspadai. Seseorang kalau kurang tidur tentu akan terpengaruh kualitas hidup dan kesehatannya secara keseluruhan,” kata dr Shierly Marlena.
Apalagi, setiap orang perlu meluangkan waktunya untuk tidur setidaknya selama 8 jam sehari. Bila kurang dari itu, beberapa gangguan kesehatan fisik dan mental bisa terjadi. Tubuh mudah lelah, sulit berkonsentrasi, aktivitas pun akan terganggu. Pemicu insomnia bisa dibedakan dalam dua faktor. Pertama, faktor primer. Meliputi stres, lingkungan seperti cahaya, suara bising, suhu udara, dan lainnya yang membuat orang sukar tertidur. Termasuk jadwal tidur yang tidak teratur. Seperti yang dialami para pekerja sif misalnya.
”Jadi, insomnia primer ini bisa terjadi pada siapa saja ketika mengalami beberapa faktor tadi,” katanya. Berbeda dengan insomnia yang diakibatkan faktor sekunder. Kata dr Shierly, insomnia akan lebih berpotensi dialami orang-orang yang juga mengalami beberapa penyakit. Seperti, rematik, gerd, asma, hingga kanker.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Penyebab dan Cara Mengatasi Ejakulasi Dini yang Perlu DiketahuiEjakulasi bisa mengurangi kualitas hubungan seksual. Ketahui penyebab serta cara mengatasi ejakulasi dini berikut ini.
Baca lebih lajut »
4 Cara Mencegah Kolesterol NaikSalah satu cara mencegah kolesterol naik dengan menerapkan pola hidup sehat dan menghindari beberapa jenis makanan yang dapat memicu kadar kolesterol.
Baca lebih lajut »
Tes Kepribadian: Pilih Pintu dan Cari Tahu Apa yang Mencegah Anda Mengambil Tindakan - Pikiran Rakyat DepokPada tes kepribadian berikut ini, pilih salah satu gambar pintu dan ungkap hal apa yang mencegah Anda mengambil tindakan.
Baca lebih lajut »
Optimalkan Peran Posyandu untuk Mencegah StuntingPeneliti mengatakan penguatan posyandu di seluruh daerah merupakan salah satu kunci penting dalam upaya penurunan prevalensi anak stunting.
Baca lebih lajut »