Cerita dalam film ini adalah salah satu fakta yang ada pasca KSB Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah eksis rentan waktu 2012 hingga saat ini
IWAN Gombo terpaksa harus mengikuti semua perintah Kelompok Sipil Bersenjata . Pria 29 tahun itu dibuat tak berdaya. Alasan utamanya patuh, karena takut dibunuh.
Kini, bersama Komunitas Rumah Katu dan didampingi seorang aktivis sekaligus peneliti terorisme Celebest Institute Adriani Badrah, Iin mengajak semua orang ke arah kerukunan dan perdamaian. Dalam film kurir, Iin yang berperan sebagai Sutradara dan Adriani Badrah sebagai produser. Mereka berdua mengumpulkan sembilan pemain dari pelbagai latar belakang.
Iin menjelaskan, kurir yang selama ini mendukung pergerakan di MIT di Poso sejatinya bukan dari simpatisan atau pendukung MIT. Pun demikian, memang ada kurir asli yang betul-betul pengikut MIT. “Itulah yang terjadi selama ini. Beberapa warga petani/pekebun yang tewas di Poso dan Parigi Moutong awalnya kurir MIT. Karena mereka melawan, akhirnya dibunuh dengan keji oleh MIT,” papar Iin.Semangat Iin membuat film ini karena ada rasa tanggung jawab yang besar diembannya.
“Semoga dengan adanya film ini seluruh masyarakat dapat lebih membentengi diri dari kelompok-kelompok radikalisme,” imbuhnya. Supriyadi merupakan eks napiter Poso yang dua kali ditangkap. Saat 2007 ia tergabung dalam JI Poso. Pertama kali ditangkap 2007 karena keterlibatan memiliki senjata api. Pada 2009 ia bebas, dan saat 2012 ia ditangkap lagi karena keterlibatannya dengan kelompok teroris JAT Poso.
“Selama bergerilya di hutan pegunungan itu kami menjadikan warga sebagai kurir. Tujuannya agar kami bisa terbantu mendapatkan suplai makanan dan minuman karena selama ada operasi, pergerakan kami terbatas. Selain itu, adanya kurir juga bisa membantu kami menjauhi aparat yang mengejar,” ungkapnya. “Saat film ini dirilis saya juga akan terlibat aktif dalam diskusi. Sehingga apa yang saya ketahui terkait kelompok radikal bisa saya sharing ke masyarakat dengan tujuan ketika masyarakat mendengarkan cerita saya bisa lebih memperkuat hati untuk tidak terjerumus,” tutupnya.
Menurut Adriani, film Kurir diproduksi oleh komunitas Rumah Katu dan ini adalah produksi yang ke empat untuk kampanye dan edukasi “Counter Violence Extremistme”. “Saat pengambilan gambar kami izin kepada pemerintah desa, kecamatan, kepolisian, dan masyarakat setempat. Semuanya berjalan lancar dan aman,” kata Adriani.
Komunitas Rumah Katu yang berdiri dengan semangat dan motivasi untuk mendorong perdamaian sejati, harmoninisasi dan humanisme, nilai-nilai local visdom dan menciptakan stigma positif terhadap Poso. Termasuk, pentingnya mendukung pencegahan penyebaran paham radikalisme dan aksi-aksi kekerasan ekstremis, serta menjadi suatu arsip untuk pembelajaran ke generasi muda sebagai media counter violence ekstremis.
Saat rilis nanti, film ini pertama kali akan diputar di Poso. Ada tiga titik lokasi pemutaran perdana film ini. Pertama di Desa Randangan, Lape, dan Matako. “Setelah itu kami putar di sejumlah sekolah dan universitas yang ada di Poso. Sesuai rencana juga kami akan putar di Palu yang melibatkan Polri, TNI, pemerintah provinsi, DPRD provinsi, dan semua pihak terkait,” ujarnya.
Setelah film ini dibuat, Adriani bersama Rumah Katu masih akan terus membuat film lainnya yang masih bertemakan soal perdamaian dan antiterorisme. Kameramen film Kurir, Ferdiansyah Umar mengatakan, dalam memproduksi film Kurir, mereka di Rumah Katu menggunakan peralatan seadanya. “Meski peralatan dan properti seadanya tidak membuat keinginan saya berkarya terbatas. Alhamdulillah gambar yang kami hasilnya lumayan baik. Dan semoga bisa diterima dengan baik pula oleh masyarakat nantinya,” harap Ferdiansyah.
Kedepan, Rumah Katu akan mengupayakan memiliki studio perfilman sehingga bisa memiliki peralatan dan properti film yang memadai. Ia menilai, radikalisme dan terorisme merupakan bentuk baru dari model penjajahan yang dilakukan kelompok garis keras di Indonesia, sehingga harus dilawan. “Sekarang saatnya resolusi jihad modern melawan radikalisme dan terorisme. Banyak cara yang bisa dilakukan di tengah kemajuan teknologi ini. Salah satunya dengan film,” sebutnya.
Beragama yaitu membuka diri dan menjunjung tinggi kebenaran yang diyakini orang lain atau penganut agama lain. Maka di sini pentingnya wawasan dan akhlak. Wakil Bupati Poso, Yasin Mangun menilai, apa yang dilakukan Komunitas Rumah Katu bersama Adriani Badrah patut diapresiasi.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Di Balik Festival Pesona Teluk Saleh di Sumbawa, Ternyata....Di balik Festival Pesona Teluk Saleh di Sumbawa, ternyata tersimpan sebuah cerita tentang sosok sang pemberani TelukSaleh
Baca lebih lajut »
Kunci Franka Franklin Makarim Bagi Peran Jadi Istri, Ibu dan Bos PerusahaanFranka Franklin Makarim cerita kunci utama membagi peran antara istri, ibu dan wanita karier.
Baca lebih lajut »
Cerita for Revenge, Gandeng Pevita Pearce jadi Sutradara Video KlipPevita Pearce menjadi sutradara video klip dalam salah satu lagu dari band for Revenge. Begini ceritanya.
Baca lebih lajut »
Cerita Iyang Kehilangan Puluhan Ternak Akibat Banjir Bandang SukabumiIyang (40) baru saja selesai Salat Isya, saat tiba-tiba air langsung naik ke lantai dua rumahnya. Ia pun harus merelakan puluhan ternaknya hanyut tersapu banjir. Begini kisah lengkapnya!
Baca lebih lajut »
Cerita Bocah Leukimia Korban Perkosaan Bikin Hotman Paris TerenyuhHotman Paris Hutapea mengundang HS (34 tahun), ibu dari bocah penderita leukemia asal Manado, Sulawesi Utara, yang meninggal diduga karena jadi korban perkosaan.
Baca lebih lajut »
Cerita Letda Alfred, Pria Keturunan Tionghoa yang jadi Dokter Militer'Saya ingin memberikan sesuatu untuk negara, salah satunya dengan cara mengabdi sebagai tentara,' kata Letda Ckm dr Alfred Hartoyo dikutip dari Antara.
Baca lebih lajut »