Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan digital. Meskipun menyediakan ruang interaksi luas dan kesenangan, banyak yang justru mengalami stres dan kecemasan. Artikel ini membahas bagaimana media sosial memfasilitasi perbandingan sosial dan bagaimana usaha untuk mempertahankan citra diri di dunia maya dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental.
Media sosial telah menjadi bagian hidup manusia digital. Tak hanya menjadi ruang interaksi yang lebih luas, banyak pula orang mencari kesenangan di sana. Alih-alih menemukan kebahagiaan, yang kerap muncul justru stres dan kecemasan. Mungkin banyak orang yang lupa, sumber kebahagiaan ada pada diri sendiri, bukan di jagat maya.
Untuk mempertahankan citra diri, orang cenderung akan menunjukkan hal-hal terbaik dalam unggahannya. Dengan begitu, orang lain yang melihat konten tersebut memandang dirinya sebagai sosok yang positif dan sukses. Namun yang sering tidak disadari, konten seperti itu bisa memunculkan perbandingan sosial baik bagi orang lain yang melihatnya maupun si pembuat konten.
Perbandingan sosial juga bisa dilakukan ke atas dan ke bawah. Namun, manusia lebih suka membandingkan ke atas, dengan orang yang memiliki nilai sosial lebih tinggi. Proses ini sering memunculkan iri hati, tidak puas atas pencapaian diri, dan berpotensi menjelek-jelekkan orang lain karena dengki. Sedangkan perbandingan ke bawah, yang bisa mendorong untuk mensyukuri hidup seringkali justru dianggap kurang bermakna.Paparan medsos telah memunculkan paradoks tentang kebahagiaan.
Sebagian orang menjadikan telepon seluler sebagai benda terakhir dan pertama dilihat sebelum dan sesudah tidur. Banyak pula anak muda yang menghabiskan waktunya dengan berselancar di dunia maya, khususnya medsos, tanpa tujuan yang jelas alias. Padahal, menggulir layar ponsel terus menerus bisa memunculkan rasa takut kehilangan yang besar, khawatir tertinggal dari yang lain, hingga akhirnya menciptakan lingkaran setan pengguliran layar gawai yang tak pernah berhenti.
Gagasan hidup tanpa medsos mungkin terlihat aneh. Akan tetapi, cara ini dapat mengarah kepada kebahagiaan yang lebih besar. Saat ini pun, sejumlah anak muda di berbagai negara mulai menginisiasi gerakan tersebut. Adapun menggulir layar ponsel secara terus menerus bisa membatasi imajinasi dan pemikiran seseorang. Untuk itu menghapus akun medsos dianggap bisa memulihkan kejernihan mental dan melepaskan ide-ide kreatif seseorang yang terpendam.Raina dan Naira bermain gawai untuk mengisi waktu libur di Jakarta, Minggu . Penggunaan gawai oleh anak-anak memudahkan mereka mengakses konten di media sosial.
Media sosial telah menjadi bagian hidup manusia digital. Tak hanya menjadi ruang interaksi yang lebih luas, banyak pula orang mencari kesenangan di sana. Alih-alih menemukan kebahagiaan, yang kerap muncul justru stres dan kecemasan. Mungkin banyak orang yang lupa, sumber kebahagiaan ada pada diri sendiri, bukan di jagat maya.
Untuk mempertahankan citra diri, orang cenderung akan menunjukkan hal-hal terbaik dalam unggahannya. Dengan begitu, orang lain yang melihat konten tersebut memandang dirinya sebagai sosok yang positif dan sukses. Namun yang sering tidak disadari, konten seperti itu bisa memunculkan perbandingan sosial baik bagi orang lain yang melihatnya maupun si pembuat konten.
Perbandingan sosial juga bisa dilakukan ke atas dan ke bawah. Namun, manusia lebih suka membandingkan ke atas, dengan orang yang memiliki nilai sosial lebih tinggi. Proses ini sering memunculkan iri hati, tidak puas atas pencapaian diri, dan berpotensi menjelek-jelekkan orang lain karena dengki. Sedangkan perbandingan ke bawah, yang bisa mendorong untuk mensyukuri hidup seringkali justru dianggap kurang bermakna.Paparan medsos telah memunculkan paradoks tentang kebahagiaan.
Sebagian orang menjadikan telepon seluler sebagai benda terakhir dan pertama dilihat sebelum dan sesudah tidur. Banyak pula anak muda yang menghabiskan waktunya dengan berselancar di dunia maya, khususnya medsos, tanpa tujuan yang jelas alias. Padahal, menggulir layar ponsel terus menerus bisa memunculkan rasa takut kehilangan yang besar, khawatir tertinggal dari yang lain, hingga akhirnya menciptakan lingkaran setan pengguliran layar gawai yang tak pernah berhenti.
Gagasan hidup tanpa medsos mungkin terlihat aneh. Akan tetapi, cara ini dapat mengarah kepada kebahagiaan yang lebih besar. Saat ini pun, sejumlah anak muda di berbagai negara mulai menginisiasi gerakan tersebut.
Media Sosial Kesehatan Mental Perbandingan Sosial Kebahagiaan Citra Diri
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Mengetahui Sumber Kebahagiaan Setiap ZodiakArtikel ini membahas tentang sumber kebahagiaan masing-masing zodiak berdasarkan perhitungan astrologi. Dengan memahami sumber kebahagiaan ini, seseorang dapat menemukan cara untuk meningkatkan kualitas hidup dan merayakan hal-hal kecil yang membuatnya bahagia.
Baca lebih lajut »
Australia Siapkan Aturan agar Media Sosial Mengucurkan Pendanaan ke MediaMeta akan diminta membayar untuk berita-berita yang ditarik oleh Meta ke media sosialnya.
Baca lebih lajut »
Perkuat Literasi Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan Terbitkan BukuTantangan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di IndonesiaPeluncuran buku ini merupakan salah satu cara yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan untuk meningkatkan literasi dan kesadaran masyarakat terhadap program jaminan sosial ketenagakerjaan
Baca lebih lajut »
Perkuat Literasi Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan Launching Buku “Tantangan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Indonesia”Berita Perkuat Literasi Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan Launching Buku “Tantangan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Indonesia” terbaru hari ini 2024-12-13 08:10:08 dari sumber yang terpercaya
Baca lebih lajut »
Menteri Sosial Apresiasi Upaya Pemkab Sleman dalam Tangani Masalah SosialMenteri Sosial RI, Saifullah Yusuf, mengapresiasi upaya Kabupaten Sleman dalam menangani masalah sosial melalui program-programnya. Ia mengajak seluruh jajaran Kementerian Sosial untuk membantu Presiden Prabowo mewujudkan 'wong cilik iso gemuyu' - orang kecil bisa tertawa -.
Baca lebih lajut »
Menteri Sosial Pastikan Data Tunggal Sosial Ekonomi Memiliki Standar Ukur yang Lebih JelasMenteri Sosial Saifullah Yusuf memastikan data tunggal sosial ekonomi yang disusun Badan Pusat Statistik (BPS) akan memiliki standar ukur yang lebih jelas daripada data-data sebelumnya. Data tunggal ini akan bersifat dinamis dan akan terus diperbarui. Kemensos dan BPS telah berdiskusi untuk mengantisipasi dinamika data tunggal tersebut.
Baca lebih lajut »