Menurut Harjo gelombang tinggi yang menghantam pantai selatan Bali dan Lombok dan puncaknya pada Kamis 28 Mei 2020 merupakan fenomena alam yang sumbernya dari dua kejadian berbeda yang secara sekuen terjadi dalam waktu bersamaan.
Kejadian itu yakni angin kencang akibat Topan Amphan di Samudera Hindia Timur Laut yang menimbulkan gelombang tinggi dan tinggi muka air laut di Bali dan Ampenan yang pada saat itu masuk ke periode Spring Tide dimana tunggang air besar di Benoa tercatat 1,5 meter dan Lembar 1,2 meter.Hal itu disampaikannya di Mako Pushidrosal, Ancol Timur, Jakarta Utara pada Jumat menanggapi fenomena banjir di pesisir dan gelombang tinggi yang terjadi di Bali dan Lombok.
“Kondisi muka laut pada periode ini dikenali dengan beda muka laut yang tinggi yang dikenal dengan Spring Tide. Tercatat beda muka laut pasang dan surut saat kejadian adalah 1,5 m di Benoa dan 1,2 m di Lembar” kata Harjo dalam keterangan resmi Penerangan Pushidrosal pada Jumat .Ia menjelaskan penggunaan tide gauge dengan kebutuhan pengolahan data pasang surut per jam tidak selalu dapat merekam kejadian gelombang tinggi yang durasi periode antara 3 sampai dengan 9 detik.
"Pushidrosal juga melaksanakan perekaman data gelombang, namun demikian hanya pada saat pelaksanaan survei hidro-oseanografi berlangsung, tidak seperti pasang surut yang diamati dalam periode panjang," kata Harjo.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sumber: mediaindonesia - 🏆 2. / 92 Baca lebih lajut »
Sumber: detikcom - 🏆 29. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: republikaonline - 🏆 16. / 63 Baca lebih lajut »
Sumber: tribunnews - 🏆 37. / 51 Baca lebih lajut »
Sumber: detikcom - 🏆 29. / 51 Baca lebih lajut »