AE Priyono, seorang aktivis dan pemikir, meninggal dunia karena sakit
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nasihin Masha, Mantan Pemimpin Redaksi Republika Saya pertama mengenal Mas AE, begitu kami di Republika biasa memanggilnya, justru secara ‘tekstual’ -- istilah yang mungkin tak lazim namun perlu dibiasakan untuk membedakannya dengan mengenal secara virtual. Ya, saya mengenal Mas AE lewat dua buku yang ia sunting: buku Paradigma Islam, Interpretasi untuk Aksi dan buku Dinamika Sejarah Umat Islam .
Namun ia lebih moncer sebagai pemimpin redaksi Muhibbah, majalah kampus yang disegani pada masanya. Majalah ini kemudian dibredel pemerintah Orde Baru sehingga harus berganti nama menjadi Himmah. Di masa Orba, majalah kampus yang dikelola mahasiswa pun harus memiliki izin dari pemerintah pusat. Karena itu, di mana-mana ia berkutat dengan tulis menulis di bidang pemikiran. Kecintaannya pada Kuntowijoyo mencerminkan karakter dirinya. Kuntowijoyo adalah seorang cendekiawan yang sangat produktif dengan tulisan yang sangat mendalam, orisinal, dan tulisannya berat untuk dicerna.
Karena itu, sepekan sekali, tiap Kamis, terbit empat halaman artikel-artikel yang relatif mendalam. Repubika menjalin kerja sama dengan Indef melahirkan rubrik Ekonomia, bekerja sama dengan IPB melahirkan rubrik Iqtishadia, bekerja sama dengan LP3ES melahirkan rubrik Civica, dan bekerja sama dengan Insists melahirkan rubrik Islamia. Dengan demikian, masing-masing terbit satu bulan sekali. Seiring berakhirnya tugas AE sebagai direktur eksekutif di LP3ES, kerja sama itu juga ikut berakhir.
Oleh politisi, warga hanya diperlakukan sebagai voters, oleh pemodal hanya dianggap sebagai konsumen melalui ukuran daya beli, dan oleh kelompok agama hanya dilihat sebagai jamaah. Menurutnya, kewargaan bukan hanya identitas individual yang primordial tapi juga mengemban hak-hak kolektif dalam kesatuan entitas kenegaraan. Dalam konteks Islam, civic Islam berarti mengembangkan praksis Islam dalam spirit Islam dan Indonesia sekaligus.
Di setiap persinggahan ia selalu melahirkan buku. Saat bersama Usman Hamid dkk mendirikan Public Virtue Institute, bersama tiga kawannya ia menulis buku tentang media sosial sebagai alat gerakan sosial. Buku ini bukan sekadar hasil permenungan dan hasil studi kepustakaan, tapi juga melakukan riset lapangan.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Mas AE dan Agenda Demokratisasi yang Terbajak |Republika OnlineKita kehilangan tokoh gerakan masyarakat sipil yang paling genuine.
Baca lebih lajut »
Aktivis AE Priyono Meninggal DuniaUsman Hamid menerangkan, kematian AE Priyono disebabkan karena pneumonia paru-paru di sebelah kanan.
Baca lebih lajut »
AE Priyono: Suluh Pemikiran Kaum Cendikiawan |Republika OnlineKesaksian AE Priyono
Baca lebih lajut »
Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, AE Priyono Meninggal Dunia karena Pneumonia - Tribun JatengInnalillahi wainna ilaihi rojiun, AE Priyono penulis sekaligus aktivis sosial meninggal dunia, Minggu (12/4/2020) siang.
Baca lebih lajut »
Ketika Ganjar Menyapa Mas Anies Ajak Bekerja Sama'Mas kayaknya kita perlu kerja sama untuk mencatat warga yang tidak ber KTP DKI agar bisa sama-sama kita bantu,' cuit Ganjar.
Baca lebih lajut »
Sinar Mas Land Serahkan 12.500 RTK ke KemenkesBantuan tersebut merupakan bagian dari 25.000 RTK yang disumbangkan Sinar Mas Land.
Baca lebih lajut »