Pameran tunggal seniman Yogyakarta Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia diwarnai kontroversi. Beberapa lukisannya diminta diturunkan, dua di antaranya ditutup kain hitam, dan tiga lainnya masih bersikukuh dipertahankan. Ironisnya, pameran tersebut ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.
Seniman Yogyakarta, Yos Suprapto , diminta menurunkan beberapa lukisannya dalam pameran tunggal 'Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan' di Galeri Nasional Indonesia. Dua diantaranya ditutup kain hitam, dan tiga lainnya masih bersikukuh dipertahankan. Tapi ironisnya, pameran tunggal seniman asal Yogyakarta ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Yos Suprapto sudah aktif berkarya sejak dekade 1970-an.
Ketika pertama kali menggelar pameran tunggal bertajuk Bersatu dengan Alam di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada 1994, karya-karyanya mulai dapat sorotan.Lukisan-lukisan yang dibuat Yos Suprapto berhasil memainkan garis dan warna jadi ciri khas yang sangat provokatif. Ada warna hitam, merah, nuansa biru, aneka hijau, cokelat, kuning, ungu, jingga, dan putih. Warna-warna tersebut ditampilkan dengan daya visual yang kuat dan keras sifatnya, bersanding satu sama lain yang tampil sebagai komposisi yang tidak halus atau lembut, seperti ada ketegangan.Dalam setiap karya seni yang dibuatnya, Yos Suprapto kerap mengkritik isu sosial, budaya, dan politik yang ada. Pada 2001, ia menggelar pameran tunggal bertema'Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa' di Galeri Nasional Indonesia yang melontarkan kritik atas budaya kekerasan dalam realitas kebangsaan kontemporer. Pada 2005, ia kembali mengangkat isu sosial dan kritik atas korupsi di lingkungan elit birokrasi, melalui pameran tunggal bertajuk'Republik Udang' di Tembi Gallery, Yogyakarta. Pada 2017, Yos mengangkat evaluasi mendalam perjalanan budaya bangsa, terutama budaya maritim, yakni'Arus Balik Cakrawala' yang dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia
YOS SUPRAPTO SENI Pameran Kontroversi Kritikan Sosial
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Pameran Tunggal Yos Suprapto, Menyelami Kritik Sosial dalam Bahasa Simbolisme Lukisan bak Cerita NovelPameran tunggal lukisan Yos Suprapto akan berlangsung di Galeri Nasional, Jakarta, pada 19 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025.
Baca lebih lajut »
Pameran Yos Suprapto Dibatalkan, Lukisan DipertahankanPameran seni lukis karya Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia batal dibuka setelah terjadi perselisihan antara kurator dan pelukis mengenai 5 lukisan yang diminta diturunkan.
Baca lebih lajut »
Pameran Lukisan Yos Suprapto Dibatalkan Usai 2 Lukisannya DiturunkanPameran seni bertajuk 'Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan' karya seniman Yos Suprapto terpaksa dibatalkan di Galeri Nasional. Pembatalan ini terjadi setelah Yos Suprapto keberatan atas permintaan kurator, Suwarno Wisetrotomo, untuk menurunkan dua lukisannya yang dianggap tidak sejalan dengan tema pameran.
Baca lebih lajut »
Lukisan Diduga Mirip Jokowi Dianggap Terlalu Vulgar, Pameran Tunggal Yos Suprapto Dibatalkan Galeri NasionalPameran tunggal seniman Yos Suprapto di Galeri Nasional dibatalkan setelah terjadi perselisihan antara kurator Suwarno dan Yos terkait beberapa lukisan yang dianggap tidak sesuai tema dan terlalu vulgar. Suwarno menolak lima lukisan Yos yang dianggap tidak relevan dengan tema 'Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan'. Yos Suprapto bersikeras untuk tidak menurunkan lukisan-lukisan tersebut dan mengancam membatalkan pameran jika kelima karyanya diturunkan.
Baca lebih lajut »
Pameran Yos Suprapto Ditunda, Kendala Teknis dan Permintaan Penurunkan LukisanPameran tunggal Yos Suprapto yang awalnya dijadwalkan untuk 19 Desember 2024 terpaksa ditunda karena kendala teknis yang tidak dapat dihindari. Pihak Galeri Nasional menyatakan bahwa keputusan penundaan diambil demi menjaga kualitas pengalaman pameran.
Baca lebih lajut »
Pameran Lukisan Yos Suprapto di Galnas DibatalkanPameran lukisan tunggal karya seniman Yos Suprapto di Galeri Nasional (Galnas) batal dibuka karena pihak Galnas mengunci pintu pameran. Kurator yang ditunjuk Galnas, Suwarno Wisetrotomo, meminta lima lukisan dari total 30 lukisan yang dipamerkan untuk diturunkan karena dianggap menampilkan wajah mirip Presiden Joko Widodo. Yos Suprapto menolak permintaan tersebut dan menilai tindakan pembredelan ini sebagai kebiasaan negara otoriter.
Baca lebih lajut »