Artikel ini membahas tentang krisis energi global yang menyebabkan kenaikan harga minyak dan gas alam. Meskipun menjadi tantangan bagi ekonomi, krisis ini juga menciptakan peluang untuk mempercepat transisi energi dan transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Senin, 6 Januari 2025 09:06 WIB Ilustrasi. Aksi simpatik aktivis yang menyuarakan perlunya segera melakukan transisi energi sebagai solusi untuk mengatasi krisis iklim. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/agr/Spt. (Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko) Jakarta (ANTARA) - Narasi krisis energi sudah lama digaungkan sebagai isu global yang mengajak miliaran penduduk bumi untuk peduli dan menyiapkan mitigasi. Faktanya memang, krisis energi bukan sekadar isapan jempol belaka.
Terindikasi dalam setahun terakhir, harga energi yang harus dibeli untuk melanjutkan hidup, terutama minyak mentah dan gas alam, melonjak tajam akibat berbagai faktor, seperti perang di Ukraina, gangguan rantai pasokan, dan kebijakan transisi energi di negara maju. Fenomena ini telah memicu inflasi yang signifikan di banyak negara, menguji kemampuan pemerintah dan bank sentral untuk menjaga stabilitas ekonomi. Namun, di tengah tantangan tersebut, wacana baru muncul mengemuka tentang bagaimana krisis ini dapat menjadi peluang untuk mempercepat transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan. Kenaikan harga energi berdampak langsung pada biaya produksi, distribusi, dan konsumsi. Minyak mentah Brent, misalnya, telah mencatat kenaikan harga dari sekitar 70 dolar AS per barel pada awal 2022 menjadi lebih dari 90 dolar AS per barel pada akhir 2023. Kenaikan ini berdampak domino pada harga barang dan jasa, meningkatkan biaya hidup masyarakat, dan memengaruhi daya beli secara signifikan. Laporan International Energy Agency (IEA) pada 2023 melalui website resminya www.iea.org menunjukkan bahwa harga gas alam di Eropa melonjak lebih dari 300 persen selama dua tahun terakhir, memicu inflasi di kawasan tersebut ke level tertinggi dalam empat dekade. Dalam konteks global, inflasi yang dipicu oleh krisis energi telah memaksa bank sentral, seperti Federal Reserve di Amerika Serikat dan European Central Bank, untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresi
KRISIS ENERGI INFLASI TRANSISI ENERGI EKONOMI STABILITAS EKONOMI
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sanggupkah Pertamina Ikuti Titah Prabowo soal Swasembada Energi?Pertamina, sebagai perusahaan energi nasional, kini dihadapkan pada tantangan swasembada energi.
Baca lebih lajut »
Pertamina Rayakan HUT ke-67, Perkuat Desa Energi BerdikarIPertamina terus mendukung transisi energi bersih dan swasembada energi melalui pengembangan Desa Energi Berdikari (DEB).
Baca lebih lajut »
Perkembangan Era Digital Tuntut Profesional Kelola Krisis KomunikasiProgram studi Media dan Komunikasi dirancang agar lulusannya dapat mengelola komunikasi krisis dengan tiga tahapan krisis yakni pra-krisis saat krisis dan pasca-krisis
Baca lebih lajut »
Pemerintah Siapkan PLTN untuk Cegah Krisis EnergiRancangan Peraturan Presiden untuk Komite Pelaksana Program Energi Nuklir telah disusun untuk mempercepat operasional PLTN target 2032.
Baca lebih lajut »
PLN-EPI Gandeng Energi Gas untuk Tingkatkan Ketahanan Energi di NTT dan NTBPLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) mulai program gasifikasi pembangkit listrik gas di 13 lokasi strategis di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi di wilayah Indonesia Timur dan mendukung target transisi energi.
Baca lebih lajut »
Constellations H20 eksplorasi tantangan krisis air melalui karya seniPameran seni transformatif bertajuk &39;Constellations H20&39; resmi digelar di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, pada Jumat (13/12) sebagai ...
Baca lebih lajut »