Bagaimana sejumlah keluarga miskin berjuang menyekolahkan anak-anak mereka hingga jadi sarjana, bahkan profesor?
Sumirah besama dua anak perempuannya melihat foto Sarjiya dengan toga, di kediamannya di Dusun Pengkol, Desa Gulurejo, Lendah, Kulon Progo, DI Yogyakarta, Jumat . Sumirah sekeluarga dulu bekerja keras demi mewujudkan mimpi Sarjiya menjadi sarjana. Tidak hanya menjadi sarjana, Sarjiya bahkan menjadi guru besar di UGM .Sumirah duduk di teras rumah bergaya arsitektur Jawa di Dusun Pengkol, Gulurejo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, Kamis .
Begitulah, satu keluarga akhirnya bergotong royong dan bekerja mati-matian demi menjadikan Sarjiya sebagai sarjana. Uang kuliah Sarjiya setengahnya berasal dari hasilsapi atau merawat ternak orang lain. Ayah, ibu, beserta anak-anak perempuan bekerja sebagai pembantu atau buruh agar bisa menutupi kebutuhan Sarjiya. Tanah warisan siap dijual kalau uang tidak cukup.
Demi memperbaiki nasib, Sabar dan suami memutuskan merantau ke Jakarta tahun 1996. Ternyata hidup di Ibu Kota tak semudah yang mereka bayangkan. Mereka mesti banting tulang sekadar untuk hidup. Suaminya menjadi sopir bajaj dan kerja serabutan, tapi kadang tak ada pemasukan sama sekali. Di tengah kemiskinan, Sabar masih memikirkan salah satu anaknya, Agung Saputro , yang punya keinginan kuat sekolah hingga perguruan tinggi. ”Nilai Agung bagus, sering juara, maka saya sekuatnya membiayai dia waktu mulai kuliah tahun 2013,” ujar Bu Sabar yang bernama asli Wagiyah. Nama Sabar ia ambil dari nama anaknya, Sabarudin , anak keenam yang lahir dengan karunia difabel daksa sejak lahir.Suasana wisuda di Kampus Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten, Selasa .
Walakin, perjuangan Sabar belum berakhir. Di usia senjanya, ia masih memijat untuk diri sendiri dan dua anaknya, termasuk mencari dana untuk kaki palsu Sabarudin yang sudah pecah.Seperti Sumirah dan Sabar, Kaswati —demikian ia minta disapa—juga meniti jalan terjal demi mencetak sarjana di keluarganya. Selama 15 tahun, ia merantau ke Tangerang Selatan, Banten, untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Kaswati ikhlas memperjuangkan pendidikan anaknya karena anak itu pintar sejak SD. Ia bisa masuk SMP dan SMA favorit di Wonosobo. Lulus SMA, anaknya diterima didan lulus sebagai mahasiswa terbaik. Ia kemudian melanjutkan kuliah di program magister di UGM. Ketika anaknya kuliah di UGM, Kaswati mengirim uang Rp 1,6 juta per bulan.. Anak saya sudah mulai bekerja walau gajinya belum besar.
Ugm Perjuangan Hidup Keluarga Miskin Utama Upn Yogyakarta Uin Jakarta Profesor Ugm
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Kisah Inspiratif Ciputra, Lahir dari Keluarga Miskin Hingga Jadi Raja Properti di IndonesiaKarena kesulitan biaya dan sulitnya situasi peperangan pada zaman itu, Ciputra terlambat 4 tahun untuk melanjutkan sekolah.
Baca lebih lajut »
Anak Orang Kaya, Reza Arap Mendadak Jatuh Miskin: Uang Jajan Gue Gede BangetReza Arap menceritakan kisah masa kecilnya yang pernah jadi orang kaya raya lalu miskin dalam sekejap.
Baca lebih lajut »
Kisah Abdurrahman bin Auf Sahabat Nabi yang Kaya Raya tapi Ingin Miskin, Kenapa?Abdurrahman bin Auf, sahabat nabi yang kaya raya, senang sedekah ingin miskin, alasannya menyayat hati
Baca lebih lajut »
Menko PMK berharap pernikahan tidak menambah keluarga miskin baruMenteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy berharap pernikahan tidak berujung pada bertambahnya jumlah ...
Baca lebih lajut »
Singgung Tanggung Jawab, Muhadjir: Pernikahan Jangan Sampai Menambah Keluarga MiskinMuhadjir mengatakan pernikahan adalah jalan untuk menciptakan keluarga yang berkualitas dan bahagia.
Baca lebih lajut »
Menjadi Teladan, Kisah Inspiratif Praja IPDN dalam PengabdianDari kisah para praja IPDN ini, kita belajar kisah inspiratif bisa datang dari berbagai sumber.
Baca lebih lajut »