PP Muhammadiyah menyebut rencana new normal belakangan ini menimbulkan polemik dan membingungkan masyarakat. NewNormal
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mempertanyakan langkah pemerintah yang ingin menerapkan tatanan hidup baru atau new normal. Sebab, Haedar melihat angka penularan Covid-19 masih terbilang tinggi saat ini. Bahkan, Haedar memandang laporan BNPB menyebutkan pandemi Covid-19 masih belum bisa diatasi. ”Pemerintah justru akan melonggarkan aturan dan mulai mewacanakan new normal.
Baca Juga: Menurut Haedar, wajar bila pernyataan pemerintah tentang new normal belakangan ini menimbulkan polemik dan membingungkan masyarakat. Sebab, di satu sisi, pemerintah masih lakukan PSBB di sejumlah daerah. Tetapi di sisi lainnya justru pemerintah mewacanakan pemberlakuan relaksasi. "Kesimpangsiuran ini sering menjadi sumber ketegangan aparat dengan rakyat. Bahkan, demi melaksanakan aturan kadang sebagian oknum aparat menggunakan cara-cara kekerasan," kata Haedar.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Pandangan Ketum PP Muhammadiyah Soal |em|New Normal |/em|Rumah Ibadah |Republika OnlineKetum PP Muhammadiyah menyampaikan pandangannya soal new normal tempat ibadah.
Baca lebih lajut »
Dalam Sehari, Satpol PP Kumpulkan Rp 1,5 Juta Denda PSBBPelanggaran PSBB yang paling banyak ditemukan petugas adalah orang-orang yang tidak menggunakan masker khususnya pengendara sepeda motor.
Baca lebih lajut »
Satpol PP Cempaka Putih Kumpulkan Rp 1,5 juta Denda PSBB |Republika OnlineSanksi denda itu terkumpul hanya dalam kurun waktu satu hari.
Baca lebih lajut »
Satpol PP Sidak ke Pusat Keramaian di Kota Tangerang |Republika OnlineKota Tangerang masih melaksanakan PSBB hingga 31 Mei 2020.
Baca lebih lajut »
Sempat Bikin Warga Antre, Toko Layangan di Depok Ditutup Satpol PPSebuah toko layangan di Depok, Jawa Barat ditutup Satpol PP Kota Depok karena menimbulkan kerumunan dengan banyaknya warga yang antre membeli layangan di toko.
Baca lebih lajut »