Kesenjangan akses internet antara negara berpenghasilan tinggi dan rendah masih menjadi isu global yang serius. Perkembangan kecerdasan buatan (AI) berpotensi memperparah ketimpangan digital ini, yang pada akhirnya memengaruhi pemerataan manfaat ekonomi dan sosial antarnegara. Sekretaris Jenderal ITU Doreen Bogdan-Martin menekankan perlunya mengatasi ketimpangan ini dalam pidatonya saat pembukaan Internet Governance Forum (IGF) ke-19 di Riyadh.
RIYADH, KOMPAS — Kesenjangan akses infrastruktur internet masih menjadi salah satu persoalan global yang pelik. Perkembangan inovasi teknologi kecerdasan buatan diyakini dapat memperparah ketimpangan digital yang pada akhirnya berdampak pada tidak meratanya kucuran manfaat ekonomi dan sosial antarnegara.
Dalam momen IGF ke-19, Doreen mengajak partisipan dari berbagai negara yang hadir untuk bersama-sama fokus mengatasi tiga permasalahan ketimpangan digital yang sekarang terjadi. Fokus pertama mengenai keterjangkauan biaya akses layanan internet. Dia lantas mengungkapkan temuan ITU yang menunjukkan biaya paket data internet menggunakan infrastruktur telekomunikasi seluler di Afrika sekarang masih 14 kali lebih mahal daripada di Eropa.
Meski begitu, tantangan terus meningkat. Serangan siber di dunia telah meningkat 80 persen dari tahun ke tahun. Pada 2023, lebih dari 200 kabel bawah laut di seluruh dunia dilaporkan rusak. ”Jadi, untuk setiap dollar AS yang dihasilkan di belahan bumi selatan, di utara seseorang menghasilkan 3,5 dollar AS. Itu kedengarannya tidak tepat dan tidak mengherankan bahwa, sebagai akibatnya, kita akan membutuhkan waktu 134 tahun untuk menutup ketimpangan digital dalam hal jender dan tidak mengherankan bahwa ketimpangan ini merugikan manusia sebesar 7 triliun dollar AS,” papar Abdullah.
”Hukum dasar yang saat ini dianut oleh semua model AI adalah hukum penskalaan. Secara sederhana berarti semakin banyak komputasi yang dimiliki, semakin sedikit gangguan dalam model pengembangan inovasi AI. Kalau kita berbicara tentang kapasitas komputasi untuk inovasi AI butuh sekitar pusat data 63 gigawatt listrik, dan hanya segelintir negara yang dapat menyediakannya,” paparnya.
”Saya mengundang semua negara bersatu, seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk memajukan perubahan digital yang bermakna. IGF harus dilihat sebagai forum untuk menjembatani kesenjangan digital dengan melayani negara-negara berkembang dan maju, mendorong kerja sama antara negara-negara bagian utara dan selatan, serta memperkuat tata kelola internet lokal,” kata Junhua.
”Secara multipemangku kepentingan, Indonesia dapat memanfaatkan IGF sebagai platform utama untuk debat tentang tata kelola internet, lalu mendorong partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan dalam diskusi IGF, dan memperbarui mandat IGF di Perserikatan Bangsa-Bangsa saat evaluasi 20 tahun IGF pada tahun 2025,” tuturnya.RIYADH, KOMPAS — Kesenjangan akses infrastruktur internet masih menjadi salah satu persoalan global yang pelik.
Dalam momen IGF ke-19, Doreen mengajak partisipan dari berbagai negara yang hadir untuk bersama-sama fokus mengatasi tiga permasalahan ketimpangan digital yang sekarang terjadi. Fokus pertama mengenai keterjangkauan biaya akses layanan internet. Dia lantas mengungkapkan temuan ITU yang menunjukkan biaya paket data internet menggunakan infrastruktur telekomunikasi seluler di Afrika sekarang masih 14 kali lebih mahal daripada di Eropa.
Meski begitu, tantangan terus meningkat. Serangan siber di dunia telah meningkat 80 persen dari tahun ke tahun. Pada 2023, lebih dari 200 kabel bawah laut di seluruh dunia dilaporkan rusak. ”Jadi, untuk setiap dollar AS yang dihasilkan di belahan bumi selatan, di utara seseorang menghasilkan 3,5 dollar AS. Itu kedengarannya tidak tepat dan tidak mengherankan bahwa, sebagai akibatnya, kita akan membutuhkan waktu 134 tahun untuk menutup ketimpangan digital dalam hal jender dan tidak mengherankan bahwa ketimpangan ini merugikan manusia sebesar 7 triliun dollar AS,” papar Abdullah.
”Hukum dasar yang saat ini dianut oleh semua model AI adalah hukum penskalaan. Secara sederhana berarti semakin banyak komputasi yang dimiliki, semakin sedikit gangguan dalam model pengembangan inovasi AI. Kalau kita berbicara tentang kapasitas komputasi untuk inovasi AI butuh sekitar pusat data 63 gigawatt listrik, dan hanya segelintir negara yang dapat menyediakannya,” paparnya.
Kesenjangan Digital Internet Ekonomi Sosial AI
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Apa Itu Penetrasi Internet Adalah: Definisi, Perkembangan, dan Dampaknya di IndonesiaPenetrasi internet adalah tingkat adopsi internet dalam suatu populasi. Pelajari definisi, perkembangan, dan dampak penetrasi internet di Indonesia.
Baca lebih lajut »
Pilkada Manggarai: Masalah Akses Internet dan Listrik, TNI AL Pasukan TaşınmasıRatusan TPS rawan membayangi pemilihan umum di Manggarai, termasuk masalah akses internet dan listrik. TNI AL telah mengirimkan 19.793 pasukan dan kapal perang andalan untuk mendistribusikan logistik. Di sisi lain, isu pemilihan dan pindah tahanan terus menjadi perhatian publik.
Baca lebih lajut »
Menkomdigi Meutya Hafid Minta Semua Operator Beri Akses Internet ke Pengungsi LewotobiBerita Menkomdigi Meutya Hafid Minta Semua Operator Beri Akses Internet ke Pengungsi Lewotobi terbaru hari ini 2024-11-20 12:41:31 dari sumber yang terpercaya
Baca lebih lajut »
Operator diminta beri bantuan akses internet ke pengungsi LewotobiMenteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid meminta semua operator seluler memberikan bantuan berupa voucher atau kuota akses internet bagi warga ...
Baca lebih lajut »
Pemerintah Diminta Segera Membuat SKB Tertentu Untuk Membatasi Akses Internet AnakAnggota Komisi I DPR RI Oleh Soleh meminta pemerintah untuk segera membuat SKB terkait pembatasan akses internet dan penggunaan ponsel bagi anak-anak.
Baca lebih lajut »
Sekolah di Wilayah 3T Anambas Punya Akses Internet GratisSDN 005 Lembah Rewak menjadi salah satu sekolah penerima manfaat dari Bakti Komdigi. Sekolah itu mendapatkan bantuan akses internet untuk belajar mengajar.
Baca lebih lajut »