Bus-bus yang menunggu di stasiun Herat dipenuhi penumpang, kebanyakan pria muda, tanpa barang bawaan, tetapi hanya pakaian di badan mereka dan mungkin tas berisi roti dan air untuk perjalanan panjang. Perjalanan membawa mereka ke Iran.
Setiap hari, bus-bus keluar dari kota Herat di Afghanistan barat, membawa ratusan orang ke perbatasan. Di sana mereka turun, terhubung dengan penyelundup dan melakukan perjalanan selama berhari-hari, kadang berdesakan di truk pickup melalui hamparan tanah kosong, kadang berjalan kaki melalui pegunungan berbahaya dalam kegelapan, menghindari penjaga dan begal.
Warga Afghanistan mengalir melintasi perbatasan ke Iran dalam jumlah yang semakin tinggi, didorong oleh keputusasaan. Sejak pengambilalihan pemerintahan oleh Taliban pada pertengahan Agustus, keruntuhan ekonomi Afghanistan semakin cepat, menghilangkan jutaan pekerjaan dan membuat mereka tidak dapat memberi makan keluarga. Dalam tiga bulan terakhir, lebih dari 300.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sosialisasi Empat Pilar lewat Heroisme Kadet AURI 1947Keberhasilan serangan udara oleh para pemuda AURI di masa lalu memperkuat rasa bangga sebagai bangsa merdeka.
Baca lebih lajut »
Bayar COD Handphone dengan Uang Palsu, Pemuda Demak DipolisikanSeorang pemuda asal Demak, Jawa Tengah, dipolisikan karena membayar cash on delivery (COD) pembelian handphone menggunakan uang palsu Seorang pemuda asal Demak,...
Baca lebih lajut »
Fiji Deteksi Kasus Pertama Varian Omicron di PerbatasanPEMERINTAH Fiji telah melaporkan kasus pertama varian covid-19 omicron. Namun, negara Pasifik itu mengklaim varian Omicron tertahan di perbatasan dan tidak sampai ke masyarakat.
Baca lebih lajut »
Museum Nasional Afghanistan Dibuka KembaliMuseum Nasional Afghanistan dibuka kembali. Selengkapnya: 👇 Afghanistan
Baca lebih lajut »
Di Forum G20, Indonesia Dorong Pemerataan Vaksin Covid-19Perlu kolaborasi global untuk memastikan ketersediaan vaksin juga merata di negara berkembang.
Baca lebih lajut »