Jumlah Pasien DBD di Depok Meningkat 2 Kali Lipat
“Perbandingan tiga bulan terakhir dari tahun 2023 ke 2024 peningkatan cukup signifikan, dua kali lebih banyak di tahun ini,” kata Direktur RSUD Depok, dr. Sobari, MARS.,MH, Jumat .
Penyebab tingginya penderita DBD karena curah hujan tahun ini lebih tinggi dibanding tahun lalu. Selain itu juga kurang sadarnya masyarakat dalam menjaga kebersihan juga menjadi penyebab. “Saat ini ada effort yang kami lakukan yaitu dari, kami tidak lagi membagi-bagikan ruang penyakit dalam ruang bedah dan lain-lain, yang penting kami bedakan ruang inspeksi dewasa dan anak dipisah. Dengan cara itu kami bisa menamgpung kasus tersebut. Kalau kami ngga lakukan itu kami ngga nampung,” pungkasnya.“Curah hujan di 2024 cukup tinggi, pasti faktor alam. Berikutnya kebiasaan, kalau boleh saya katakan kebiasaan buruk masyarakat yang belum sadar betul kebersihan lingkungan.
Bahasa Mandarin, yang merupakan bahasa dengan jumlah penutur asli terbanyak di Asia dan peringkat kedua di dunia setelah bahasa Inggris, Indonesia nomor berapa? Bagi warga Jakarta yang akan mudik Lebaran bisa menitipkan motor atau pun mobil di kantor polisi, agar lebih aman dan hindari pencurian. Layanan ini gratis.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Awas! Ancaman DBD Intai RI, Kasus Kematian Tembus Ratusan JiwaLaporan terakhir menunjukkan ada 27.417 kasus DBD secara nasional dan kematian karena DBD sebanyak 250 kematian.
Baca lebih lajut »
Jumlah kasus DBD di Bangli naik 65 persenJumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di kabupaten Bangli Provinsi Bali naik 65 persen pada posisi 20 Maret 2024, yaitu mencapai 119 kasus dibandingkan ...
Baca lebih lajut »
Pemkot Depok Bakal Penataan Pedestrian di Jalan Raya Ciputat-ParungPemerintah Kota Depok berusaha untuk melakukan pemerataan penataan Kota Depok.
Baca lebih lajut »
Gaza-Palestina: ‘Kami terpaksa membiarkan pasien-pasien menjerit selama berjam-jam’Dokter-dokter dari berbagai penjuru Gaza bercerita mengenai bagaimana mereka terpaksa mengoperasi pasien tanpa anestesi,harus menolak pasien dengan kondisi kronis,dan merawat luka yang membusuk dengan peralatan medis seadanya.
Baca lebih lajut »