Jejak-Jejak Kematian di Tengah Reruntuhan Gaza

Keamanan Berita

Jejak-Jejak Kematian di Tengah Reruntuhan Gaza
GazaIsraelKonflik
  • 📰 BBCIndonesia
  • ⏱ Reading Time:
  • 227 sec. here
  • 11 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 115%
  • Publisher: 50%

Laporan BBC dari Gaza menggambarkan pemandangan mengerikan dan menyakitkan di tengah reruntuhan bangunan, di mana jejak-jejak orang-orang yang tewas terkubur terungkap. Warga Gaza mencari kerabat mereka di antara puing-puing, menghadapi bau kematian dan trauma yang mendalam.

Semuanya telah campur aduk. Tas ransel anak warna-warni. Sepatu lari. Panci yang berlubang terkena pecahan peluru. Potongan tempat tidur, kursi, kompor, dan penutup lampu. Kaca jendela, cermin, dan gelas minum yang pecah. Potongan-potongan pakaian. Barang-barang yang berserakan dan berdebu ini bisa menjadi penanda. Seringkali, barang ini adalah milik orang-orang yang tewas terkubur di dekat bangunan yang runtuh.

'Sejak tentara pendudukan Israel menarik diri dari Rafah, kami telah menerima sekitar 150 panggilan dari warga sipil tentang keberadaan jenazah kerabat mereka di bawah rumah,' kata Haitham al-Homs, direktur Layanan Darurat dan Ambulans untuk badan Pertahanan Sipil di Rafah, ujung paling selatan Jalur Gaza. Tidak ada tanda-tanda yang jelas seperti pakaian di permukaan tanah. Tim pencarian bergantung pada informasi dari kerabat dan tetangga, atau mereka mengikuti bau kematian yang tercium dari reruntuhan.Pemerintah Israel telah melarang BBC dan media internasional lainnya untuk memasuki Gaza dan melakukan pelaporan secara independen. Kami bergantung pada jurnalis lokal yang tepercaya untuk meliput pengalaman orang-orang dalam mencari kerabat mereka yang hilang.Mereka bekerja menggali puing-puing reruntuhan dengan hati-hati, menyadari bahwa yang sedang mereka cari adalah potongan-potongan manusia yang telah hancur. Sering kali yang ditemukan tidak lebih dari sekadar tumpukan tulang. Bom-bom berdaya ledak tinggi Israel telah meledakkan dan menghancurkan banyak korban jiwa di Gaza.Seorang warga Rafah, Osama Saleh, kembali ke rumahnya setelah gencatan senjata dan menemukan kerangka manusia di dalamnya. Tengkoraknya retak.Israel bebaskan 90 tahanan Palestina, Hamas serahkan tiga sandera di GazaNatal yang lagi-lagi sunyi di Betlehem – 'Sulit dipercaya Natal telah tiba lagi dan genosida belum berhenti'Di kelilingi oleh bau mayat yang membusuk setiap hari adalah pengalaman yang sangat traumatis, seperti yang sering dialami oleh mereka yang telah menyaksikan dampak kematian massal.'Mayat-mayat itu sungguh menakutkan. Kami melihat teror,' kata Osama Saleh. 'Saya bersumpah, ini adalah perasaan yang menyakitkan, saya menangis.'Di halaman Rumah Sakit Eropa di selatan Gaza, kumpulan tulang dan pakaian terhampar di atas kantong jenazah. Salah satunya adalah Zaki. Dia mencari keponakannya bernama Abdul Salam al-Mughayer, 19 tahun, dari Rafah, yang hilang di daerah Shaboura. Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda. Zaki mengatakan Shaboura adalah tempat yang tidak akan pernah Anda datangi lagi jika pergi ke sana selama perang.Dia meyakini bahwa satu set tulang dan pakaian di depannya adalah milik Abdul Salam yang hilang. Dia berdiri bersama seorang pekerja rumah sakit, Jihad Abu Khreis, menunggu kedatangan saudara laki-laki Abdul Salam. 'Saya 99% yakin mayat itu adalah dia,' kata Abu Khreis, 'tetapi sekarang kita membutuhkan konfirmasi akhir dari saudaranya, orang-orang terdekatnya, untuk memastikan bahwa celana dan sepatu itu adalah miliknya.'Tak lama kemudian, saudara laki-lakinya tiba dari kamp pengungsi tenda al-Mawasi, juga di selatan Gaza. Dia memiliki foto Abdul Salam di ponselnya. Ada foto sepatu larinya. Dia berlutut di depan kantong jenazah dan membuka penutupnya. Dia menyentuh tengkorak, pakaian. Dia melihat sepatu itu.Masih di tempat yang sama, satu keluarga tengah berjalan di sepanjang deretan kantong jenazah. Terlihat ada seorang nenek bersama putranya, saudari perempuan, dan seorang balita. Balita itu dijaga di belakang mereka, sementara perempuan tua dan putranya melihat ke balik penutup kantong jenazah.Setelah itu, keluarga tersebut, dibantu oleh pekerja rumah sakit, membawa pergi sisa-sisa jenazah. Mereka menangis, tetapi tidak ada yang menangis keras.Aya al-Dabeh berusia 13 tahun dan tinggal bersama keluarganya serta ratusan pengungsi lain di sebuah sekolah di Tal al-Hawa, Kota Gaza utara. Dia memiliki delapan saudara. Suatu hari pada awal konflik, Aya pergi ke kamar mandi di lantai atas sekolah dan - menurut keluarganya - dia ditembak di dada oleh seorang sniper Israel. Angkatan Pertahanan Israel selalu membantah bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil dan menyalahkan Hamas karena menyerang dari daerah sipil. Namun, selama perang, Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan bahwa telah terjadi 'penembakan intensif oleh pasukan Israel di daerah padat penduduk yang mengakibatkan pembunuhan yang melanggar hukum, termasuk terhadap warga sipil tak bersenjata.' Keluarga tersebut lalu menguburkan Aya di samping sekolah, dan ibunya, Lina al-Dabah, 43 tahun, membungkusnya dengan selimut 'untuk melindunginya dari hujan dan matahari'. Ketika militer Israel mengambil alih sekolah, Lina melarikan diri ke selatan. Dia pergi bersama empat anak lainnya, dua anak perempuan dan dua anak laki-laki.Lina tidak punya pilihan selain meninggalkan putrinya di tempat dia terbarin

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

BBCIndonesia /  🏆 42. in İD

Gaza Israel Konflik Jenazah Reruntuhan Trauma

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

UNICEF Desak Gencatan Senjata di Gaza untuk Cegah Kematian BayiUNICEF Desak Gencatan Senjata di Gaza untuk Cegah Kematian BayiUNICEF desak gencatan senjata segera di Gaza. 7 bayi meninggal kedinginan. Banjir perparah kondisi warga. 2024 tahun terburuk bagi anak-anak, 17.000+ meninggal di Gaza.
Baca lebih lajut »

Studi Ungkap Angka Kematian di Gaza Lebih Tinggi 40 Persen dari Laporan ResmiStudi Ungkap Angka Kematian di Gaza Lebih Tinggi 40 Persen dari Laporan ResmiMedia internasional tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah kematian di Jalur Gaza karena Israel tidak mengizinkan jurnalis asing masuk ke wilayah kantong tersebut.
Baca lebih lajut »

Arkeolog Tak Sengaja Temukan Jejak Kaki Tertua di Jazirah Arab, Milik Manusia Purba?Arkeolog Tak Sengaja Temukan Jejak Kaki Tertua di Jazirah Arab, Milik Manusia Purba?Para arkeolog menemukan jejak manusia tertua di Jazirah Arab. Jejak-jejak ini diperkirakan usianya sekitar 115 ribu tahun lalu.
Baca lebih lajut »

Dekan Universitas Islam Gaza: Serangan 7 Oktober Upaya Warga Gaza Untuk Hidup dalam KemuliaanDekan Universitas Islam Gaza: Serangan 7 Oktober Upaya Warga Gaza Untuk Hidup dalam KemuliaanMahmoud Hasyim Anbar, Dekan Fakultas Tafsir & Ulumul Quran Universitas Islam Gaza, mengungkapkan serangan 7 Oktober 2023 adalah bentuk perlawanan warga Gaza yang ingin hidup dalam kemuliaan dan bebas. Ia menjelaskan bahwa serangan tersebut dilatarbelakangi oleh kebijakan Israel yang melarang umat Islam berziarah dan beribadah di Masjid Al-Aqsa.
Baca lebih lajut »

Anak-anak Palestina Antri Bantuan Pangan di Tengah Krisis GazaAnak-anak Palestina Antri Bantuan Pangan di Tengah Krisis GazaIsrael terus menggempur Jalur Gaza, mengakibatkan korban tewas melampaui 45.317 orang. Penutupan akses bantuan kemanusian menyebabkan warga Gaza menghadapi masalah kesehatan dan ancaman kelaparan yang meluas.
Baca lebih lajut »

PM Israel Netanyahu Jalani Operasi Prostat di Tengah Konflik GazaPM Israel Netanyahu Jalani Operasi Prostat di Tengah Konflik GazaProsedur ini dilakukan di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan militan Hamas di Jalur Gaza.
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-02-12 23:58:08