Artikel ini membahas tentang permasalahan banjir yang kerap terjadi di Jakarta akibat sistem drainase yang tidak efektif dan perubahan fungsi lahan. Dikaitkan dengan sejarah pembangunan kota, artikel ini menyoroti perlunya pendekatan holistik dalam mengatasi masalah banjir, yaitu dengan menata kota sebagai rumah bagi manusia dan air.
Jakarta dialiri belasan sungai dengan hilir yang lebih rendah dari permukaan laut. Sungai-sungai berhulu di Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, berjarak kurang dari 100 kilometer ke hilir di tepian Teluk Jakarta . Jarak pendek dan beda ketinggian menukik ini membuat air sungai mengalir deras dan cepat ke hilir setiap kali hulu diguyur hujan lebat. Lima abad silam, Batavia dibangun Belanda dekat dengan muara. Aliran sungai direkayasa dengan kanal-kanal yang bertujuan mengalirkan air ke laut.
Tak lama, kota baru bagian dari cikal bakal Jakarta itu langsung digempur banjir. Catatan sejarah menunjukkan, sejak itu luapan air dari sungai, situ, dan rawa yang sebelumnya merupakan rutinitas atau hal biasa menjelma menjadi bencana. Hanya karena ada manusia yang semaunya menduduki rumah air, mereka akhirnya terusik sendiri oleh dampak perbuatannya. Perubahan fungsi bentang lahan selanjutnya justru tak terbendung. Pada masa penjajahan Belanda, setelah Indonesia merdeka, hingga kini, semakin banyak hutan, rawa, dan situ menjelma menjadi kota. Tutupan hijau di hulu menipis berkat berkembangnya hunian, perkebunan, dan bisnis wisata. Di musim hujan ini, sungai-sungai sarat polusi tak sabar meluapkan isinya. Masih ingin bermain berenang di sungai? Percaya atau tidak, mimpi gila ini bisa jadi tujuan baru yang menyatukan semua program pembenahan Jakarta. Upaya mengatasi bencana kemudian muncul dengan adanya rencana induk pengendalian banjir Jakarta puluhan tahun silam, tetapi lambat diwujudkan. Banjir besar kemudian berkali-kali melanda dan melumpuhkan Jakarta, seperti pada 2007 dan 2012. Tercatat kerugian hingga triliunan rupiah, korban jiwa bertumbangan. Jakarta terpuruk menjadi kota tak layak huni, tak menarik untuk investasi. Fungsi sebagai ibu kota negara kala itu tercoreng. Setelah itu, barulah revitalisasi sungai dilakukan dengan mengeruk, memperdalam, dan menurap dindingnya. Kanal banjir timur akhirnya beroperasi. Situ yang tersisa kurang dari 200 titik, dari sebelumnya ribuan, berproses diselamatkan. Area tangkapan air ditambah dengan memperbanyak ruang terbuka hijau sekaligus menambah ruang terbuka publik. Bendungan Ciawi dan Sukamahi dibangun untuk memperkuat sistem penahan air di hulu. Selain itu, bertahap, dibangun waduk, tanggul pesisir laut, serta sistem polder dan pompa. Sampai saat ini, belum semua proyek itu selesai. Warga berharap segera ada solusi dari Pemerintah Provinsi Jakarta agar banjir tak lagi menjadi langganan yang terus menggenang.Di sisi lain, dengan 11 juta jiwa penduduk Jakarta atau sekitar 30 juta jiwa se-Jabodetabekpunjur, berbagai infrastruktur itu terbilang belum memadai. Megapolitan ini juga tetaplah kawasan padat dengan area hijau dan tempat parkir air yang sangat minim. Terlebih, saat ini, cuaca ekstrem—yang salah satunya ditandai dengan curah hujan tinggi sebagai bagian dari dampak perubahan iklim global—kian menjadi. Infrastruktur beton yang mahal dan masif tidak fleksibel ditingkatkan kapasitasnya mengikuti kecepatan perubahan itu. Banjir pun terjadi lagi. Agar tak selalu diakrabi bencana, tidak ada pilihan selain menata kota sebagai rumah bagi manusia sekaligus ”warga” aslinya, yaitu air. Di beberapa kota di China, Jepang, dan Eropa, hal itu telah dilakukan. Jakarta hanya perlu segera mengadopsinya dengan tepat
BANJIR JAKARTA PELESTARIAN LINGKUNGAN PERUBAHAN IKLIM INFRASTRUKTUR
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Manchester United Hadapi Liverpool di Tengah Performa BurukManchester United menghadapi tantangan besar saat menghadapi Liverpool yang sedang berada di puncak klasemen Liga Inggris.
Baca lebih lajut »
Gempa Guncang Parigi Moutong, Banjir Jakarta dan Tantangan Perubahan IklimBerita terbaru ini menyajikan berbagai kejadian terkini di Indonesia, meliputi gempa bumi di Parigi Moutong, banjir di Jakarta, dan tantangan perubahan iklim. Berita ini juga membahas dua peristiwa lain yaitu pencopotan polisi di Aceh terkait kasus dugaan pemaksaan aborsi dan tragedi siswa SMPN 7 Mojokerto yang terseret ombak di Pantai Drini.
Baca lebih lajut »
Banjir Jakarta: Warga Diperlukan Penurapan Kali Ciliwung, DPRD DKI Minta Evaluasi Sistem Pengendalian BanjirBanjir di Jakarta, khususnya di Kebon Pala dan Kampung Melayu, disebabkan oleh intensitas hujan tinggi dan kondisi sungai yang belum diturap. Warga meminta solusi dan penataan saluran air yang efektif. DPRD DKI juga mendesak evaluasi sistem pengendalian banjir dan koordinasi dengan pemerintah pusat.
Baca lebih lajut »
Banjir sampai ke Monas, Ini Data Hujan Penyebab Banjir Jakarta Saat Imlek LaluMenurut BMKG, sejumlah wilayah di Jabodetabek diguyur hujan ekstrem pada Hari Raya Imlek yang lalu. Pantas banjir sampai ke bandara dan Monas.
Baca lebih lajut »
Banjir Rob Menggenangi Jakarta UtaraSejumlah lokasi di Jakarta Utara masih terdampak banjir rob atau banjir pesisir akibat fenomena bulan baru.
Baca lebih lajut »
BPBD DKI Jakarta Ungkap Penyebab Banjir Jakarta Hari IniAda 52 RT dan 22 ruas jalan yang masih tergenang banjir.
Baca lebih lajut »