Bambang Subagyo, menyebutkan, pihaknya bersama elemen besar buruh lainnya telah menyuarakan penolakan RUU Ketenagakerjaan.
Alasannya, aspirasi penolakan RUU Ketenagakerjaan sudah disuarakan pada 21 Agustus 2019 lalu.
"Saat pembahasan dengan staf kepresidenan dan DPR saat itu, RUU Ketenagakerjaan tak masuk prolegnas. Bahkan kami sudah menyerahkan draf tandingan," kata Bambang di Sekretariat SPSI Karawang, Rabu .Bambang mengatakan, meski menolak seluruhnya RUU Ketenagakerjaan, SPSI dari tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten tidak ikut demo Oktober 2019. Pihaknya juga berkomitmen menjaga kamtibmas.Bambang menyebutkan, salah satu yang mereka perjuangkan yakni perlindungan buruh perempuan.
Untuk mempermudah pengajuan cuti haid, ia mendorong semua perusahaan memiliki klinik. Sebab, syarat mengajukan cuti haid yakni menyertakan keterangan dari klinik atau dokter.Tak Kalah dengan Mahasiswa, Polisi yang Jaga Demo Buruh Bawa Poster dengan Tulisan Menggelitik
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Alasan Mahasiswa Trisakti Tak Ikut Demonstrasi di DPR Hari IniMahasiswa Trisakti tak ikut demonstrasi di DPR karena dua alasan, termasuk mendalami rencana dialog dengan Presiden Jokowi soal Perpu KPK.
Baca lebih lajut »
Tak Punya KTP, Nenek yang Hidup Sebatang Kara Ini Tak Pernah Dapat BantuanMeski telah lanjut usia, Mbah Siah tetap gesit membantu pekerjaan di rumahnya dan setiap hari pergi bekerja mencari sisa panen padi atau kacang.
Baca lebih lajut »
Disinggung Mahasiswi Saat Demo, Ini Alasan Skincare Harganya MahalSkincare mahal sempat disinggung mahasiswi saat demo tolak RUU KUHP. Ladies, ada yang tahu alasan yang membuat produk skincare mahal? RUUKUHP Skincare via wolipop
Baca lebih lajut »
Ini Alasan Pelatih Persib Belum Turunkan Pemain U-20Robert Alberts menilai pemain Persib U-20 butuh waktu untuk berkembang
Baca lebih lajut »
Tiga Faktor Ini Diduga Jadi Alasan Mengapa Demonstrasi Terus Berlanjut'Aparat lebih menggunakan cara-cara tidak persuasif dibandingkan cara dialogis dan kultural..,' katanya.
Baca lebih lajut »