India menyatakan defisit perdagangan dengan Indonesia yang terus terjadi. Meskipun demikian, India tetap menjadi pasar utama untuk komoditas Indonesia seperti CPO dan batu bara. Artikel ini membahas mengenai surplus neraca perdagangan Indonesia dengan India, kebijakan pembatasan perdagangan yang diterapkan India, dan dampaknya terhadap ekspor Indonesia.
Kabar kurang sedap datang dari salah satu importir komoditas terbesar Indonesia yaitu India. Dalam perdagangan bilateral, India menyatakan posisi neraca perdagangan dalam kondisi defisit, sementara Indonesia dalam kondisi surplus. Hal ini pun menjadi perbincangan hangat. Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Desember 2024 India menjadi negara kedua yang menyumbang surplus neraca perdagangan Indonesia.
Surplus neraca ekspor dan impor Indonesia dengan India mencapai US$1,02 miliar, sedangkan peringkat pertama penyumbang surplus ialah Amerika Serikat sebesar US$1,75 miliar. Namun, surplus neraca perdagangan kedua negara itu sebetulnya menyusut dibanding catatan pada bulan November 2024 yang senilai US$1,12 miliar. Bahkan, jauh lebih rendah dari catatan per Desember 2023 yang sebesar US$1,42 miliar.Surplus neraca perdagangan yang terus terjadi itu membuat India menerapkan berbagai kebijakan pembatasan perdagangan ke Indonesia, seperti pemberlakuan tarif bea masuk untuk sejumlah komoditas maupun pemberlakuan kuota ekspor untuk sawit dan batu bara dari Indonesia ke India. Topik hangat tersebut pun dibahas oleh Utusan Khusus Presiden RI Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo, dalam forum CNBC Indonesia ESG Sustainability Forum 2025 di Jakarta, Jumat (31/1/2025). Hashim menuturkan bahwa informasi ini diperolehnya saat mendampingi Presiden RI Prabowo Subianto ke India pekan lalu. Awalnya ia menuturkan bahwa India sangat tertarik dan berminat berpartisipasi dalam program ESG di Indonesia. Namun, ia menjelaskan bahwa India memiliki curhatan terkait defisit perdagangannya dengan RI. Hashim menyebut Negeri Hindustan itu mengalami defisit hingga US$ 13 miliar atau Rp212 triliun. Meski begitu, Hashim mengungkapkan kebingungannya bila India mencari sejumlah sumber kelapa sawit dan batu bara di luar RI. Pasalnya, pasar lain menjual komoditas tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Walaupun begitu, Hashim menuturkan hubungan India dan RI masih dalam situasi yang baik-baik saja. Ini dibuktikan bagaimana Presiden RI Prabowo menjadi tamu utama dalam perayaan Hari Nasionalnya pekan lalu. Jika melihat pangsa pasar minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO), India menjadi top 5 pangsa pasar CPO terbesar untuk Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan volume ekspor CPO Indonesia pada 2024 menyentuh 21,6 juta ton. Volume ekspor tersebut turun 17,33% dibandingkan pada 2023. Begitu pula secara nilai, ekspor CPO anjlok 11,78% menjadi US$20,01 miliar atau setara dengan Rp325,8 triliun pada 2024 (kurs Rp16.280/US$).Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ekspor CPO Indonesia pada 2024, di antaranya permintaan CPO untuk biodiesel meningkat, permintaan CPO untuk konsumsi meningkat, produksi dalam negeri cenderung stagnan, kondisi ekonomi negara-negara importir CPO. China menempati urutan pertama sebagai negara penerima hasil ekspor CPO Indonesia di 2024 sebesar 2,99 juta ton atau naik 19,76% dibandingkan periode 2023 yang sebesar 2,5 juta ton. Hal ini cukup menarik di tengah penurunan jumlah ekspor Indonesia ke negara-negara lainnya, sebut saja seperti Pakistan, Amerika Serikat (AS), Bangladesh, India, dan Malaysia yang masing-masing secara kumulatif (2024 vs 2023) mengalami penurunan sebesar 44,51%, 20,74%, 25,35%, 21,05%, dan 52,16%. Alhasil secara nilainya pun, jumlah ekspor Indonesia ke China mengalami lonjakan sebesar 27,5% dari US$2,17 miliar menjadi US$2,77 miliar pada 2024. Sementara Pakistan, Amerika Serikat (AS), Bangladesh, India, dan Malaysia secara kompak menurun masing-masing sebesar 40,9%, 14,4%, 18,3%, 13,7%, dan 45,1%. Dari komoditas batu bara, India menempati urutan pertama dalam daftar pasar batu bara RI dengan volume menembus 108,07 juta ton atau melandai 0,79%. Secara nilai, ekspor batu bara ke India menembus US$ 6,25 miliar pada 2024 atau setara dengan Rp102,34 triliun atau jeblok 13,93%. India sebagai pembeli terbesar batu bara RI dalam tiga tahun beruntun dengan volume menembus 100 juta ton.Volume permintaan batu bara RI dari China pada 2024 melesat 14,06% menjadi 93,16 juta ton. Namun, secara nilai, ekspor batu bara ke China turun 6,04% menjadi US$ 6,55 miliar. Lonjakan permintaan juga dilaporkan dari Vietnam. Ekspor batu bara ke Vietnam melonjak 37,4% menjadi 27,19 juta ton dengan nilai US$1,79 miliar. Permintaan dari Vietnam melesat sejalan dengan lonjakan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Dengan ekonomi tumbuh pesat hingga mencapai 7,09% maka makin besar pula energi yang dibutuhkan Vietnam. Besarnya permintaan dari India, China, dan Vietnam ini tentu saja menguntungkan Indonesia. Bila ditotal, ekspor ketiga negara mencapai 228,42 juta ton atau sekitar 56% dari total. Nilai ekspor mencapai US$14,59 miliar atau setara dengan Rp 238,87 triliun atau hampir Rp 240 triliu
PERDAGANGAN INDIA INDONESIA CPO BATUBARA DEFISIT SURPLUS EKSPOR
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Menko Airlangga dan Menteri Perdagangan India Bahas Tingkatkan Kerjasama Ekonomi dan PerdaganganMenteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan dan Industri India Piyush Goyal untuk membahas peningkatan kerjasama ekonomi dan perdagangan Indonesia-India. Pertemuan tersebut membahas berbagai isu strategis, termasuk neraca perdagangan, kendala teknis di bidang perdagangan, dan ekspor komoditas Indonesia ke India.
Baca lebih lajut »
Indonesia dan India Sepakati Kerja Sama Sektor Perdagangan hingga AIKautsar Widya Prabowo
Baca lebih lajut »
CEO Forum India-Indonesia: Prioritaskan Perdagangan & InvestasiPertemuan bisnis CEO Forum India-Indonesia menghasilkan kesepakatan penting untuk memprioritaskan perdagangan dan investasi antara kedua negara. Pertemuan ini diselenggarakan sebagai bagian dari agenda lawatan Presiden Prabowo Subianto ke India dan dihadiri oleh para pengusaha terkemuka dari kedua negara. Hasil forum disampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto dan PM Narendra Modi, menekankan perlunya pengembangan peluang kerja sama baru yang selaras dengan perkembangan dunia.
Baca lebih lajut »
Indonesia dan India Selesaikan Isu Teknis untuk Peningkatan PerdaganganIndonesia dan India sepakat untuk menyelesaikan berbagai isu teknis yang menjadi kendala dalam meningkatkan perdagangan kedua negara. Kesepakatan ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto setelah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan dan Industri India Shri Piyush Goyal.
Baca lebih lajut »
Indonesia dan India Sepakat Selesaikan Isu Perdagangan TeknisMenteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan dan Industri India Shri Piyush Goyal menyepakati untuk segera menyelesaikan isu dan permasalahan teknis perdagangan kedua negara. Kesepakatan ini diambil di sela Meeting of India – Indonesia CEOs Forum di New Delhi.
Baca lebih lajut »
Indonesia dan India Sepakati Kerja Sama Investasi, Perdagangan, hingga AIDalam momen tersebut, terdapat lima dokumen kerja sama yang telah disepakati oleh Indonesia dan India.
Baca lebih lajut »