Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi tingkat pertumbuhan global menjadi 2,7 persen untuk 2023.
Badan itu memperingatkan bahwa beberapa negara akan gagal membayar utang, serta meramalkan resesi dan pasar yang suram.“Situasinya sulit, tapi kita bisa menghadapi tantangan ini," kata Kristalina Georgieva, Direktur pelaksana IMF, kepada para hadirin dalam pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia selama sepekan di Washington DC, AS.
“Bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi," cuit kepala ekonom IMF Pierre Olivier Gourinchas pada Selasa , ketika ia menguraikan perkiraan ekonomi global yang suram. Presiden Bank Dunia David Malpass, Kristalina Georgieva dari IMF, dan banyak ekonom terkemuka lain mencatat beberapa faktor yang menyebabkan perlambatan ekonomi global.
Mereka memandang, perang di Ukraina, pandemi Covid-19, inflasi, ekonomi China yang melambat, perubahan iklim, dan penguatan nilai tukar dolar AS telah memicu risiko resesi yang masih bisa memburuk.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Pujian Bos IMF Buat RI: Jadi Titik Terang saat Dunia GelapDirektur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva memuji kondisi ekonomi Indonesia.
Baca lebih lajut »
Ada Dana Bantuan Rp 1.233 T dari IMF, Cek di SiniIMF mengumpulkan bantuan untuk memulihkan negara G20 yang terdampak pandemi COVID-19. Jumlah mencapai Rp 1.233 triliun.
Baca lebih lajut »
IMF Didesak Cairkan Dana Cadangan, Janet Yellen MenolakYellen mengatakan AS tidak mendukung alokasi dana cadangan IMF yang dikenal sebagai Special Drawing Rights (SDR) atau Hak Penarikan Khusus.
Baca lebih lajut »
Sri Mulyani: Peringatan bahwa Ekonomi Dunia dalam Bahaya, Bukan Hal BerlebihanSetelah Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, kali ini Menteri Keuangan Indonesia yang mengingatkan bahwa ekonomi dunia berada dalam keadaan bahaya.
Baca lebih lajut »
3 Pukulan Berat Hantam Negara Berkembang Dunia, Indonesia Aman?Dana Moneter Internasional (IMF) memandang negara-negara berkembang dan emerging market sedang menghadapi tiga pukula berat, yakni dihantam nilai dolar yang lebih kuat, biaya pinjaman yang tinggi, dan keluarnya arus modal.
Baca lebih lajut »
Investor Institusi Semakin Perhatikan Investasi Berbasis ESGPada 2019, ada 10 produk reksa dana dengan dana kelolaan Rp 1 triliun. Hingga September 2022, sudah ada 22 produk reksa dana dengan dana kelolaan Rp 20 triliun. Ekonomi AdadiKompas
Baca lebih lajut »