IMF: Perang di Ukraina Bakal Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
Bisnis.com, JAKARTA - International Monetary Fund siap memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022, setelah pecahnya perang di Ukraina.
Amerika Serikat khususnya memiliki fundamental yang kuat. Namun, negara-negara yang belum bangkit dari krisis pandemi akan semakin terpuruk dengan kemungkinan risiko resesi. Sekitar 60 persen negara berpendapatan rendah berada dalam tekanan utang atau mendekati kondisi tersebut, lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan pada 2015 silam.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
BI: IMF Puji Indonesia Jaga Stabilitas Ekonomi di Tengah PandemiIMF memuji keberhasilan Indonesia menjaga stabilitas ekonomi dan sektor keuangan di tengah pandemi.
Baca lebih lajut »
Lebih Rendah! IMF Kini Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,4% di 2022Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari 5,6% menjadi 5,4%.
Baca lebih lajut »
Soal Akselerasi Pemulihan Ekonomi Daerah, Begini Kata Ekonom UB!Soal akselerasi pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19, Guru Besar Universitas Brawijaya sekaligus Staf Khusus Menteri Keuangan RI Prof Candra Fajri Ananda PhD berpendapat bahwa Undang-undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (UU HKPD) mampu membantu akselerasi perekonomian daerah.
Baca lebih lajut »
Efek Perang Rusia Ukraina, Waspada Resesi Ekonomi Global | Ekonomi - Bisnis.comPerang Rusia Ukraina berdampak pada terganggu oleh kemacetan rantai pasok energi dan kekurangan tenaga kerja.
Baca lebih lajut »
Lebih Rendah! IMF Kini Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,4% di 2022Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari 5,6% menjadi 5,4%.
Baca lebih lajut »
Uni Eropa Bakal Pakai Dana Bantuan Pertanian 500 Juta Euro untuk Ukraina | Ekonomi - Bisnis.comPejabat Komisi Eropa akan mengajukan penggunaan dana hampir 500 juta euro (US$551 juta) untuk pertama kalinya guna mendukung petani di Eropa.
Baca lebih lajut »