Hoaks terus tumbuh subur mengikuti peristiwa besar dan tren terkini, termasuk pemilihan umum presiden yang baru berlalu. Selama literasi tak dibenahi, bisa dikatakan para pemeriksa fakta tak akan kehabisan pekerjaan.
Benyamin Kurniawan hafal betul isi grup WhatsApp keluarganya. Sehari-hari, anggota grup itu rajin membagikan pesan berisi ayat-ayat Alkitab, info kesehatan, serta rekomendasi tempat wisata kuliner populer.Pada 5 Januari, tantenya membagikan tautan video Facebook, yang mengabarkan bahwa mahasiswa akan turun ke jalan untuk menurunkan Presiden Joko Widodo "dan kroninya" pada 8-10 Januari.
Ada pula video pidato Jokowi, yang disambung dengan suara kepala negara menyatakan dukungannya kepada capres Ganjar Pranowo. Suara ini kemungkinan besar dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan atau AI. Mulanya Eben diam saja. Namun, ia terpancing juga saat ibunya membagikan sebuah tautan video Instagram pada 12 Februari.
Banyak yang akhirnya menangkap bahwa Gibran berencana menaikkan pajak hingga 23%, termasuk orang yang videonya beredar di grup WhatsApp keluarga Eben. "Salah satu strategi biar dia banyak nyebar itu dengan mengikuti tren," kata Aribowo Sasmito, Ketua Komite Pemeriksa Fakta di Masyarakat Antifitnah Indonesia .Pertumbuhan pesat jumlah pengguna ponsel pintar dan media sosial, serta kian cepat dan murahnya layanan internet - dengan jangkauan semakin luas, juga berperan penting memicu banjir informasi, entah yang akurat ataupun sesat.
"Kemajuan media sosial sebagai sumber informasi itu cepat banget, sedangkan untuk membekali masyarakat dengan tingkat literasi media dan informasi yang memadai itu juga belum bisa dilakukan," kata Moses Parlindungan Ompusunggu,Peningkatan jumlah pengguna media sosial dan derasnya peredaran informasi di sana, kata Moses, akhirnya memicu lonjakan hoaks dengan jenis semakin bervariatif.
“Dominasi konten hoaks berupa video menjadi tantangan besar bagi ekosistem periksa fakta," kata Septiaji Eko Nugroho, ketua presidium Mafindo.Setelah menyanggah hoaks soal kenaikan pajak, ia kembali tergerak melihat video yang dibagikan tantenya di grup WhatsApp keluarga pada 12 Februari 2024 dengan keterangan: "Grace berbalik 180 derajat?"
Kedua, PDI-P sebagai partai tempat bernaung Ganjar dianggap keluarga Eben banyak membela warga keturunan China - entah apa basisnya. Hoaks soal vaksin berisi cip untuk melacak pergerakan manusia banyak beredar di awal pandemi Covid-19. Di sini, IDI dianggap sebagai pihak yang memiliki otoritas atau wewenang untuk bicara soal "sandiwara" pandemi, sehingga banyak orang percaya dan membagikan hoaksnya.Dan, saat pesan ini disebar oleh orang terdekat, termasuk orang tua atau kerabat, ia seakan mendapat kredibilitas lebih besar.
Di sini, Rocky seakan menjadi sosok ahli yang dapat dipercaya untuk membahas kecurangan pemilu, dan orang-orang membagikan konten ini tanpa mengecek lebih dulu keabsahannya. Karena itu, katanya, saat pilpres 2019 tiba, orang-orang cenderung telah memiliki posisi atau pilihannya masing-masing. Sama halnya dengan hoaks pandemi yang membuat banyak orang enggan disuntik vaksin Covid-19, hoaks kecurangan pemilu dikhawatirkan memicu pergerakan massa yang berujung pada kekerasan.
Dulu "wilayah kerjanya" luas, termasuk YouTube, Facebook, X, dan TikTok, dengan hasil cek fakta berupa artikel panjang ataupun laporan pendek, tergantung kebutuhan kantor.Biasanya, ia mesti mengecek setidaknya 15 video TikTok sehari dan membuat laporan ringkas untuk masing-masing video; menentukan apakah konten itu termasuk misinformasi, sembari memberikan argumen dan tautan pendukung.
Cerita Adinda menggambarkan beban kerja para pemeriksa fakta, yang sehari-hari mesti berhadapan dengan arus deras hoaks yang seolah tak ada habisnya. Akhirnya, pekerjaan para pemeriksa fakta seperti "mengepel lautan" alias tidak ada habisnya, kata Farida Susanty, manajer riset sekaligus editor tim periksa fakta"Memang sebanyak apa pun pemeriksa fakta, media bikin periksa fakta, dengan adanya tsunami hoaks itu kita selalu kalah," kata Aribowo Sasmito dari Mafindo.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Menkominfo Take Down 1.971 Berita Hoaks di Media Sosial Terkait PemiluSisa berita hoaks lainnya tidak diturunkan, melainkan hanya diberikan stempel hoaks karena dianggap tidak terlalu berbahaya.
Baca lebih lajut »
Pakar Ungkap Penyebab Orang Mudah Termakan HoaksDarren Coppin, Pakar Ilmu Perilaku mengungkap alasan mengapa orang mudah termakan dan menyebarkan hoaks.
Baca lebih lajut »
Ada Ribuan Hoaks Pemilu 2024, Menkominfo Warning Pilkada Makin GencarKominfo mempersiapkan diri menghadapi serbuan hoaks selama penyelenggaraan Pilkada serentak.
Baca lebih lajut »
Penjelasan Astronom soal Bumi Disebut Akan Gelap pada 8 April 2024Astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo mengatakan, narasi bahwa Bumi akan gelap selama tiga hari merupakan hoaks.
Baca lebih lajut »
Penjelasan Sebaiknya Tidak Mengonsumsi Mie Instan saat Sahur Selama Puasa RamadhanNamun, ada beberapa alasan mengapa Anda sebaiknya tidak mengonsumsi mie instan saat sahur selama puasa Ramadhan.
Baca lebih lajut »
Kumpulan Hoaks Foto Seputar Anies Baswedan, Simak FaktanyaHoaks berupa konten foto yang menyerang Anies Baswedan banyak beredar selama Pemilu 2024. Hoaks ini menyebar melalui media sosial maupun aplikasi percakapan.
Baca lebih lajut »