Sebagai orang yang tumbuh dari keluarga imigran, Hind Meddeb peka terhadap isu-isu rasial dan diskriminasi. Ia gunakan kepekaan itu untuk melawan.
Perempuan sutradara, Hind Meddeb, tumbuh di Perancis dari keluarga imigran Tunisia - Maroko . Latar belakangnya membuat dia peka terhadap isu-isu rasial. Kepekaan itu ia gunakan untuk menandingi representasi media Barat yang kerap mengaitkan dunia Muslim Arab dengan terorisme dan penindasan terhadap perempuan.
”Jadi, sejak dulu perempuan Sudan memainkan peran dan sangat dihormati. Itu saya temukan sampai sekarang. Saya bisa katakan masyarakat Sudan adalah masyarakat. Mereka menggunakan identitas Arab-Afrika, nilai-nilai dalam kebudayaan, agama, bahasa, perbedaan suku, dan perbedaan jender sebagai kekuatan,” tutur Hind.
Perasaan itu semakin menguat ketika ia menemukan orang-orang Eropa selalu mengaitkan dunia Arab dengan terorisme dan penindasan pada perempuan. ”Pengalaman itu yang mungkin mendorong saya membuat film. Saya berusaha menunjukkan kepada publik Barat visi lain dari dunia Arab,” ujar sarjana Ilmu Politik, Sastra Jerman, dan master Ilmu Filsafat itu.
”Saya pikir saya tidak perlu mengungkapkannya terhadap politik atau geopolitik secara frontal. Saya lebih tertarik memulai dari manusianya, anak-anak muda, bagaimana mereka mencipta, bagaimana mereka melawan dengan seni,” katanya. Kamera Meddeb juga menangkap aktivis perempuan dan laki-laki Sudan yang sama-sama progresif. Tanpa membeda-bedakan jender, mereka bahu-membahu menumbangkan rezim otoriter dengan risiko yang sama: kematian. Fenomena ini juga sudah terjadi sejak dulu dalam sejarah Sudan.adalah Azza, simbol dalam puisi Sudan yang merepresentasikan kekuatan negeri itu melalui sosok perempuan. Suami sang perempuan dipenjara oleh penjajah Inggris karena ia seorang nasionalis.
Ketika ia libur, ia pergi ke rumah nenek dari ibunya, orang Aljazair, yang tinggal di Maroko. Ia juga berkunjung ke keluarga ayahnya di Tunisia. Di Maroko, ia dituntut berbahasa Arab dialek Maroko. Saat berkunjung ke Tunisia, ia berbahasa Arab dialek Tunisia. ”Mereka menertawakan saya . Saya harus cepat belajar dan menyesuaikan diri,” kata Meddeb.Di Paris, tempat ia tumbuh, ia juga merasa terasing. ”Awalnya tidak seperti itu.
Sutradara Perempuan Sutradara Ajyal Film Festival 2024 Sudan Maroko Aljazair Perancis Tunisia
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Raih Gelar Sutradara Terbaik FFI 2024, Garin Nugroho Takut Dibilang Politik DinastiSutradara Garin Nugroho berhasil meraih penghargaan Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2024.
Baca lebih lajut »
The Rain Bicara Maksud Lagu Perihal KepekaanJPNN.com : Grup musik, The Rain mempersembahkan single terbaru yang berjudul Perihal Kepekaan.
Baca lebih lajut »
The Rain Terinspirasi Ebiet G Ade dan Iwan Fals dalam Lagu Melankolis Baru Berjudul Perihal KepekaanLagu 'Perihal Kepekaan' yang diciptakan oleh Indra Prasta menjadi karya terbaru The Rain.
Baca lebih lajut »
Terpengaruh Ebiet G Ade, The Rain Rilis Lagu Perihal KepekaanJPNN.com : Grup musik The Rain kembali menunjukkan produktivitas dengan merilis karya terbaru berjudul Perihal Kepekaan.
Baca lebih lajut »
Aulion Ungkap Tantangan Jadi Sutradara Musikal Dangdut Kukejar Kau SayangMenjadi pengalaman pertamanya dalam dunia musikal Aulion mengaku memiliki pengalaman yang berkesan dengan para pemeran karena sudah mengikat
Baca lebih lajut »
Sutradara Puji Akting Ganindra Bimo dan Lutesha di Cinta Tak Seindah Drama KoreaFilm Cinta Tak Seindah Drama Korea (CTSDK) turut menampilkan aktris Lutesha dan aktor Ganindra Bimo. Keduanya biasanya berakting di film genre action.
Baca lebih lajut »