Simak HEADLINE edisi terbaru hari ini
Liputan6.com, Kiev - Invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-14. PBB mencatat, 1.335 warga sipil telah menjadi korban perang Rusia dan Ukraina. Sebanyak 474 di antaranya tewas dan 861 terluka, tapi angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak tegas tuntutan itu. Baginya, bila menyetujui sama saja Ukraina menyerah. Para menteri luar negeri Rusia dan Ukraina dikabarkan akan melakukan pembicaraan keempat di Turki pada Kamis 10 Maret 2022. "Vladimir Putin menuntut demiliterisasi, 'denazifikasi' dan netralitas yang ditorehkan secara konstitusional pada Ukraina, serta penerimaan aneksasi Rusia pada Krimea dan pengakuan daerah-daerah yang diakui Rusia di Donbas sebagai negara-negara merdeka. Itu sama saja dengan menyerah secara penuh," lanjutnya.
Menurut mantan wakil menteri luar negeri Indonesia itu, Rusia masih ingin secara militer menaklukkan Ukraina. Sementara Ukraina baik pemerintah, militer maupun rakyatnya masih sangat aktif untuk melawan militer Rusia dan mendepak mereka keluar dari negaranya. "Kuncinya gencatan senjata itu kemungkinannya kecil, kalaupun terjadi tidak akan langgeng, kuncinya lebih pada Rusia keluar dari Ukraina tanpa syarat, secepatnya dan secara menyeluruh. Itu menurut saya kunci terciptanya perdamaian dan stabilitas lagi di Ukraina," pungkas Dino.
"Kalau posisinya seperti itu pasti kan semakin kecil kemungkinan permohonan masuk Uni Eropa akan terkabul," ujar Suzie lagi. * Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Terbaru, Rusia menawarkan gencatan senjata baru dan menunjukkan bahwa mereka siap untuk membuka koridor evakuasi dari Kiev, Chernihiv, Sumy, Kharkiv dan Mariupol. Hasilnya masih dalam proses, suara tembakan masih terdengar di daerah yang disebutkan bakal dibuka koridor kemanusiaan.
Indonesia dan para anggota PBB sepakat bahwa wilayah yang direbut melalui kekuatan bersenjata tidak akan diakui. Perhatian juga diberikan kepada kondisi kemanusiaan yang semakin parah di Ukraina akibat invasi Rusia. "Diadopsinya resolusi di Majelis mum PBB menyimpulkan sikap komunitas global yang tegas menyatakan invasi Rusia adalah salah dan tidak sesuai dengan hukum internasional dan piagam PBB," jelas FPCI.
Connie berharap, Indonesia bisa tampil tegas secara diplomatik juga secara militer dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia, seperti yang dilakukan Soekarno di masa lalu. Dia menyarankan agar Indonesia membangun kemandirian industri pertahanan lewat upaya alih teknologi yang masif pada sektor industri pertahanan.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Gandum Mahal Karena Perang Ukraina Rusia, Sagu Bisa Jadi Solusi | Ekonomi - Bisnis.comKenaikan harga komoditas global akibat invasi Rusia ke Ukraina membuat harga pangan dalam negeri melonjak. Tetapi, sagu disebut bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan gandum.
Baca lebih lajut »
Perang Ukraina: Pembalasan Rusia Bakal Hadirkan Bencana Global Jika Embargo Minyak BerlakuRusia mengatakan akan menutup pipa gas utamanya ke Jerman jika Barat melanjutkan larangan minyak Rusia. Selain itu Moskow memperingatkan AS dan sekutu bahwa harga...
Baca lebih lajut »
Kritik Perang Rusia VS Ukraina Lewat TarianAksi kritik dan seruan ajakan mengakhiri perang antara Rusia dengan Ukraina, diperagakan lewat tarian tradisional oleh Sanggar Tari Greget Kota Semarang.
Baca lebih lajut »
Perang Rusia Vs Ukraina, Pemain Asing Bisa Putus Kontrak Sementara!Akibat perang antara Rusia vs Ukraina membuat FIFA melonggarkan kebijakannya soal kontrak kerja, pemain asing bisa memutus kontraknya sementara dan pergi ke klub lain!
Baca lebih lajut »
Legenda Tinju Kelas Berat, Klitschko Bersaudara Hadiri Pernikahan di Garis Depan Perang Rusia-UkrainaWladimir dan Vitali Klitschko sama-sama ikut memanggul senjata untuk mempertahankan negaranya dari serangan Rusia.
Baca lebih lajut »