Harga minyak tertekan karena pasar dibayangi kekhawatiran melemahnya permintaan.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia lebih rendah pada penutupan perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB. Kejatuhan harga minyak karena pasar telah dibayangi oleh kekhawatiran tentang melemahnya permintaan minyak mentah global.
Sementara patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 0,38 dolar AS menjadi ditutup pada 59,92 dolar per barel di London ICE Futures Exchange. Bank juga merevisi turun perkiraan pertumbuhan permintaan minyak pada tahun 2020 menjadi 1,1 juta barel per hari, dari sebelumnya 1,6 juta barel per hari.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Harga minyak jatuh di tengah kekhawatiran surutnya permintaan globalHarga minyak dunia lebih rendah pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena pasar telah dibayangi oleh kekhawatiran tentang melemahnya ...
Baca lebih lajut »
Harga Minyak Meninggi Karena Penurunan Cadangan Minyak Mentah ASHarga minyak Brent naik menjadi USD60,36 per barel dan WTI bertambah menjadi USD55,78 per barel akibat penurunan persediaan...
Baca lebih lajut »
Harga Minyak Dunia 'Kisut' Jelang Pidato Gubernur The FedHarga minyak mentah dunia melemah karena pelaku pasar tengah mengantisipasi sinyal penurunan suku bunga acuan lanjutan oleh bank sentral AS, The Fed.
Baca lebih lajut »
Penurunan Pasokan di AS Angkat Harga MinyakHarga minyak brent menguat ke level US$60,3 per barel ditunjang penurunan stok di AS. Tapi kenaikan tertahan ketidakpastian ekonomi global.
Baca lebih lajut »
Harga minyak bervariasi karena penurunan stok AS dan tensi Iran-BaratHarga minyak dunia bervariasi pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor mencerna penurunan tajam dalam persediaan minyak mentah AS ...
Baca lebih lajut »
Harga Minyak Bervariasi karena Penurunan Stok AS dan Tensi Iran-BaratMinyak Brent pengiriman Oktober, naik US$ 0,27 menjadi US$ 60,30 per barel.
Baca lebih lajut »