Sebanyak 33 pasangan di Belanda memilih mengakhiri kehidupan mereka secara sengaja pada 2023. Apakah mereka benar-benar tidak memiliki harapan untuk sembuh dari penyakit yang mereka idap?
Jan dan Els sudah menikah selama hampir 50 tahun. Pada awal Juni lalu, keduanya mengakhiri hidup bersama secara sukarela melalui prosedur medis yang dikenal di Belanda dengan istilah duo-eutanasia.
Jan yang kala itu berusia 70 tahun, duduk di kursi pengemudi van yang dapat diputar. Dia menekuk satu kakinya ke bawah. Itu adalah satu-satunya posisi yang meringankan sakit punggung yang dia rasakan terus-menerus.Istrinya, Els, berusia 71 tahun. Dia menderita demensia. Els menghadapi kesulitan untuk merumuskan kalimatnya.“Tapi ini mengerikan,” katanya sambil menunjuk ke kepalanya.Ketika masih muda, Jan merupakan anggota tim nasional hoki usia muda Belanda.
Selama liburan sekolah, ketika anak mereka juga ikut dalam perjalanan, Jan dan Els mencari perjalanan kerja yang akan membawa mereka ke tempat-tempat menarik, seperti menyusuri Sungai Rhine atau berkunjung ke pulau-pulau di Belanda. Kemudian mereka terkadang mulai membicarakan euthanasia. Jan menjelaskan kepada keluarganya bahwa dia tidak ingin hidup terlalu lama dengan keterbatasan fisiknya.
Pada 2023, terdapat 9,068 orang meninggal karena eutanasia di Belanda. Angka ini sekitar 5% dari total jumlah kematian di negara tersebut.Duo-eutanasia merupakan kasus yang rumit dan menjadi lebih rumit jika salah satu pasangan menderita demensia. Alasannya, terdapat ketidakpastian mengenai kapasitas mereka untuk memberikan persetujuan.
"Jika Anda bisa mengungkapkannya dengan cukup baik, jika dapat dipahami baik oleh dokter yang bersedia melakukan eutanasia, maupun dokter kedua yang berspesialisasi dalam kompetensi mental, ketakutan eksistensial tentang apa yang akan terjadi dapat menjadi alasan untuk mempertimbangkan eutanasia,” kata van Bruchem.Karena dokter umum yang menangani mereka tidak mau terlibat, Jan dan Els berkunjung ke klinik eutanasia keliling bernama Centre of Expertise on Euthanasia.
salah satu mantan perdana menteri Belanda dan istrinya memilih untuk meninggal bersama pada awal tahun ini Dan ada hal lain. Els telah diperiksa oleh dokter dan mengatakan bahwa dia masih memiliki kapasitas untuk memutuskan sendiri apakah dia ingin mati. Namun hal ini bisa berubah jika demensianya menjadi lebih parah.“Kamu tentu tidak ingin orang tuamu meninggal,” ujar Jan.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Polandia Vs Belanda Sempat Unggul, Polandia Akui Keunggulan Belanda 2-1BELANDA berhasil meraih kemenangan 2-1 atas Polandia dalam laga ketat matchday pertama Grup D Euro 2024 yang berlangsung di Volksparkstadion Hamburg Minggu
Baca lebih lajut »
Hasil Belanda Vs Austria 2-3, Kekalahan Belanda Dinodai Gol Bunuh Diri Tercepat di Piala EropaAustria sukses memetik kemenangan 3-2 atas Belanda dalam matchday ketiga Grup D Euro 2024 atau Piala Eropa 2024.
Baca lebih lajut »
Kisah Mualaf Mudjie Massaid yang Bakal Jadi Wali Nikah Aaliyah Masssaid, Dapat Ilham di BelandaMudjie Massaid, paman Aaliyah Massaid ternyata seorang mualaf.
Baca lebih lajut »
Kisah NJVB, Sepakbola Pantura yang Berumur Pendek di Era Hindia BelandaNJVB, asosiasi sepak bola pantura era Hindia Belanda, dibentuk pada tahun 1924 di pantai utara. Klub sepak bola dari Cirebon mendominasi pembentukan NJVB.
Baca lebih lajut »
Menjadi Teladan, Kisah Inspiratif Praja IPDN dalam PengabdianDari kisah para praja IPDN ini, kita belajar kisah inspiratif bisa datang dari berbagai sumber.
Baca lebih lajut »
Kisah Angelina Sondakh Dalam Penjara: Ketua Geng, Hobi Nyapu, Belajar NgajiAngelina Sondakh punya kisah-kisah menegangkan selama mendekam selama 10 tahun di penjara karena kasus korupsi.
Baca lebih lajut »