ASEAN tahun ini telah meluncurkan ASEAN DEFA (Digital Economy Framework Agreement) yang merupakan upaya kolektif untuk meningkatkan potensi Ekonomi Digital ASEAN.
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekomonian , Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa konektivitas menjadi faktor kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN.
“ASEAN telah dilengkapi dengan Master Plan ASEAN Connectivity 2025 untuk memperkuat konektivitas regional dan meningkatkan sinergi dan kolaborasi antar inisiatif kerja sama subregional,” demikian paparan Airlangga Hartarto dalam UOB Gateway to ASEAN Conference 2023 yang disiarkan secara daring pada Rabu .
Airlangga pun membeberkan proyeksi bahwa ekonomi Digital ASEAN akan mencapai sekitar USD 1 triliun pada 2030”. 2 dari 3 halamanEpisentrum EkonomiAirlangga juga memamerkan kemajuan yang telah dibuat Indonesia dan ASEAN dalam mempertahankan kinerja ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
ASEAN Tumbuh 4,5%, RI Bakal Kecipratan UntungKinerja bagus ekonomi ASEAN itu juga akan mempengaruhi ekonomi di Indonesia.
Baca lebih lajut »
Airlangga: Ekonomi Digital ASEAN Bisa Tembus US$ 2 T di 2030Potensi ekonomi digital di kawasan ASEAN diperkirakan akan mencapai US$ 2 triliun pada 2030.
Baca lebih lajut »
Kolaborasi Ini Bisa Bawa Ekonomi Digital ASEAN Tembus US$ 3 TPotensi ekonomi digital ASEAN diperkirakan mencapai US$ 2 triliun di 2030. Jumlah itu sama dengan 14-28% Produk Domestik Bruto yang dihasilkan negara di ASEAN.
Baca lebih lajut »
Digitalisasi Jadi Kunci Ekonomi Berkelanjutan ASEANASEAN menjadi kawasan ekonomi terbesar kelima di dunia.
Baca lebih lajut »
ASEAN Jadi Kekuatan Ekonomi Dunia, Asal Ada 3 Syarat IniTiga syarat ASEAN menjadi kekuatan ekonomo baru dunia
Baca lebih lajut »
Tanpa Literasi Digital Kesetaraan Digital Semu Justru Jadi BencanaKesetaraan digital semu adalah fenomena di mana semua individu, terlepas dari asal atau keahliannya, dianggap setara di dunia digital. Dalam konteks media sosial, hal ini menciptakan ilusi bahwa pengguna internet dari semua lapisan masyarakat, mulai dari guru hingga siswa, memiliki kekuatan dan pengaruh yang setara.
Baca lebih lajut »