Dongeng harus menjadi pembelajaran inti anak usia dini, bukan calistung. Dongeng menumbuhkan imajinasi dan belarasa.
tetap dirayakan dengan meriah oleh dunia. Dongeng memang sangat istimewa sehingga Indonesia secara khusus pun tetap memperingati Hari Dongeng .tradisional. Bagi mereka, pencerita lisan itu merawat peradaban dan membangun masa depan melalui imajinasi. Kesadaran kolektif bahwa pencerita lisan ini membangun imajinasi, bahkan karakter, akhirnya membuat kesepakatan bahwa Hari Dongeng harus ditentukan. Harapannya, pencerita lisan tetap hidup untuk membangun masa depan anak-anak.
Sebaliknya, meski Sekolah Waldorf adalah ”sekolah bermain”, tetapi The New York Times justru mencatat bahwa sekolah ini mampu membelajarkan siswa sehingga mereka mengetahui banyak pola dan matematika. Begitulah hakikat belajar: alami. Tak ada manusia yang tak belajar, artinya juga seharusnya tak ada manusia yang akan utuh bertumbuh jika tidak mendengarkan dongeng. Hanya saja, kegiatan belajar akan menjadi formalitas belaka kalau sekolah terlalu otoriter dan kaku. Jadilah siswa kita belajar tanpa pembelajaran, bahkan tanpa berpikir. Buktinya, ketika dihadapkan pada persoalan bernalar tinggi, siswa kita kelimpungan.
Dilansir dari Kemdikbud.go.id, mendongeng bukan hanya kegiatan menidurkan anak, melainkan juga upaya meningkatkan perkembangan pada otak kanan anak yang, antara lain, berfungsi dalam hal psikologi, emosi, serta imajinasi.Anak-anak PAUD mengikuti kegiatan mendongeng bersama di RPTRA Waru Timbul, Kebagusan, Jakarta, Kamis . Kegiatan ini bertujuan mengembangkan imajinasi anak, membangun kecerdasan emosional, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan menumbuhkan minat baca pada anak.
Malah, kemampuan berhitung pelajar kelas II SMP tahun 2014 setara dengan kemampuan siswa kelas V SD tahun 2000. Hanya 67 persen siswa kelas III yang bisa menuntaskan materi untuk kelas I. Tak diragukan lagi, beliau adalah guru yang cukup berhasil. Pertanyaannya, mengapa dia seberhasil itu? Ternyata, jawabannya terletak pada dongeng. Menurut dia, cerita adalah perangkat terbaik untuk merangkul orang lain dan menyentuh emosi mereka. Ini masuk akal sebab dengan menyentuh emosi, kita menyentuh apa yang disebut Blaise Pascal rasional hati.Jadi, khusus untuk usia dini, dongeng haruslah menjadi pembelajaran inti. Kita tak boleh lagi membuat target berlebihan, seperti mahir calistung.
Utama Opini Riduan Situmorang Pencerita Lisan Hari Dongeng Sekolah Waldorf Kedalaman Berpikir Sdgs SDG04-Pendidikan Berkualitas
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Unifam Gelar Buka Puasa Bersama Anak-anak Binaan, Kak Wahyu Bacakan DongengJPNN.com : Pada Ramadan tahun ini, Unifam melalui salah satu dari tiga pilar CSR yaitu Unifam Care for Society menggelar buka puasa bersama anak-anak binaan.
Baca lebih lajut »
20 Maret Jadi Hari Dongeng Sedunia, Begini Sejarah dan Manfaatnya untuk Anak-anakTujuan dari perayaan ini adalah untuk merayakan seni mendongeng lisan, serta mendorong lebih banyak orang untuk menceritakan dan mendengarkan cerita dalam bahas
Baca lebih lajut »
Marak Fenomena Kidsfluencer, Bagaimana Dampaknya Bagi AnakKehadiran anak-anak sebagai kidsfluencer ini rupanya memicu kekhawatiran akan potensi eksploitasi anak
Baca lebih lajut »
Ayah Mimi Peri Diyakini Disantet, Air Seninya Bikin Rumput MatiMimi Peri yang merupakan anak bungsu jadi mualaf saat masih anak-anak.
Baca lebih lajut »
Gandeng Para Bikers Cantik, TGIF Hibur Anak-anak di Sekolah Alternatif Anak JalananSuara.com kembali menggelar Program Takjil Gratis in Friday atau TGIF bersama anak-anak di Sekolah Alternatif untuk Anak Jalan (SAAJA).
Baca lebih lajut »