Ditipu, Ratusan Gadis Muda Ini Dibawa ke Dubai Jadi Pekerja Seks 8ukaSindonews
. Dia telah bersembunyi di Bangladesh sejak dideportasi dari Dubai awal tahun ini.
“Kami telah menangkap pemimpin sindikat ini. Tetapi ada anggota lain yang melanjutkan bisnis ini. Kami akan menangkap mereka sesegera mungkin. Hanya 20 persen dari pekerjaan yang telah dibatalkan," kata Imtiaz Ahmed, wakil inspektur jenderal Departemen Investigasi Kriminal Kepolisian Bangladesh, seperti dikutip“Gadis-gadis yang mereka targetkan berusia antara 18 hingga 25 tahun. Beberapa dari mereka adalah pekerja garmen, beberapa sedang mencari pekerjaan.
Lebih dari 4.000 kasus perdagangan manusia masih menunggu penyelidikan atau pun penuntutan pada akhir tahun lalu.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Ada Video Syur di Balik Pria Bandung yang Diduga Perkosa 2 GadisDua gadis diduga jadi korban pemerkosaan dan penganiayaan seorang pria di Bandung. Mereka pun melaporkan kasus yang dialaminya ke polisi. Bandung Pemerkosaan
Baca lebih lajut »
Bawaslu: Kriminalisasi Pemilu Harus DihentikanPelanggaran dalam Pemilu atau Pilkada hendaknya tidak semua dibawa ke hukum pidana pemilu.
Baca lebih lajut »
Dubai Dibuka Lagi, Turis Bebas Corona Dapat Stiker KhususDubai telah dibuka kembali untuk wisatawan mancanegara. Hasil tes bebas corona wajib dibawa, atau turis bisa melakukannya di bandara Dubai.
Baca lebih lajut »
Sikap Aisyiyah–Muhammadiyah terhadap RUU P-KSDukungan moril ‘Aisyiyah ini sama dengan ratusan organisasi perempuan lainnya yang mendukung.
Baca lebih lajut »
Gasperini Senang Kinerja Para Pemain Atalanta |Republika OnlineLolos ke Liga Champions kedua kalinya musim depan jadi tujuan utama Atalanta.
Baca lebih lajut »
Gara-gara Staf Berhubungan Seks dengan Tamu, Hotel Ini Jadi Klaster Baru Covid-19Sebanyak dua hotel di Australia menjadi klaster baru Covid-19, lantaran dilaporkan banyak tamunya yang berhubungan seks dengan staf hotel saat lockdown | Global
Baca lebih lajut »