Dilema Guru di Era Pendidikan Permisif

Pendidikan Berita

Dilema Guru di Era Pendidikan Permisif
PENDIDIKAN PERMISIFDISIPLINTANGGUNG JAWAB
  • 📰 hariankompas
  • ⏱ Reading Time:
  • 105 sec. here
  • 8 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 62%
  • Publisher: 70%

Artikel ini membahas mengenai tren pendidikan permisif di Indonesia yang memunculkan dilema bagi guru dan dosen dalam mendisiplinkan siswa. Pendekatan pendidikan permisif yang menghindari batasan tegas justru berdampak negatif pada karakter generasi muda, menciptakan siswa yang kurang disiplin, tidak menghargai otoritas, dan cenderung menghindari tanggung jawab. Artikel ini juga menyoroti kasus-kasus hukum yang menimpa guru karena tindakan tegasnya dalam mendisiplinkan siswa.

Fenomena pendidikan permisif di Indonesia semakin memprihatinkan. Generasi muda yang diharapkan menjadi penerus bangsa kini menghadapi tantangan serius dalam hal kedisiplinan, tanggung jawab , dan penghormatan terhadap nilai moral.

Sayangnya, pendekatan ini sering kali justru menimbulkan dampak negatif, di mana peserta didik menjadi kurang disiplin, tidak menghargai otoritas, dan cenderung menghindari tanggung jawab. Guru dan dosen, yang seharusnya menjadi pilar utama dalam pembentukan karakter siswa, kini menghadapi dilema besar: mendidik dengan ketegasan atau menghadapi risiko hukum dan sanksi sosial.

Kasus yang menimpa Akbar Sorasa, guru SMKN 1 Taliwang, Nusa Tenggara Barat, menjadi bukti nyata. Akbar dihukum percobaan selama tiga bulan hanya karena mendisiplinkan siswa yang tidak mau menjalankan ibadah shalat. Tindakan yang bertujuan mendidik tersebut justru dianggap sebagai penganiayaan oleh pengadilan.

Kedua, guru dan dosen perlu dilatih dalam menerapkan metode disiplin positif yang efektif, seperti pendekatanKetiga, pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga harus melibatkan peran aktif orangtua dalam membimbing anak di rumah. Dengan dukungan regulasi yang jelas, pelatihan yang memadai, serta partisipasi aktif masyarakat dan orangtua, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat melahirkan generasi emas yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan tanggung jawab tinggi.Guru Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Al-Ikhlas Bontang, Kalimantan TimurFenomena pendidikan permisif di Indonesia semakin memprihatinkan.

Sayangnya, pendekatan ini sering kali justru menimbulkan dampak negatif, di mana peserta didik menjadi kurang disiplin, tidak menghargai otoritas, dan cenderung menghindari tanggung jawab. Guru dan dosen, yang seharusnya menjadi pilar utama dalam pembentukan karakter siswa, kini menghadapi dilema besar: mendidik dengan ketegasan atau menghadapi risiko hukum dan sanksi sosial.

Kasus yang menimpa Akbar Sorasa, guru SMKN 1 Taliwang, Nusa Tenggara Barat, menjadi bukti nyata. Akbar dihukum percobaan selama tiga bulan hanya karena mendisiplinkan siswa yang tidak mau menjalankan ibadah shalat. Tindakan yang bertujuan mendidik tersebut justru dianggap sebagai penganiayaan oleh pengadilan.

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

hariankompas /  🏆 8. in İD

PENDIDIKAN PERMISIF DISIPLIN TANGGUNG JAWAB KRISIS KARAKTER BANGSA Regulasi PENDIDIKAN

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

Dilema Moral Guru Konten KreatorDilema Moral Guru Konten KreatorArtikel ini membahas tentang dilema moral yang dihadapi guru yang juga menjadi konten kreator. Diskusi dimulai dengan mengkaji kriteria peserta seminar tentang guru konten kreator dan dua perspektif mengenai kedudukan dan fungsi mereka. Fokus kemudian bergeser pada dampak guru konten kreator terhadap capaian belajar murid dan perbedaan tanggung jawab antara guru dan konten kreator. Penulis, yang juga seorang guru konten kreator, berbagi pengalamannya dalam menghadapi dilema moral ini.
Baca lebih lajut »

Otonomi Guru dan Identitas yang TerFRAGMENTASIOtonomi Guru dan Identitas yang TerFRAGMENTASIArtikel ini membahas tentang rendahnya otonomi guru di Indonesia dan bagaimana hal itu berdampak pada kesejahteraan mereka. Ditulis dengan fokus pada kerentanan guru terhadap politisasi dan ketidakjelasan status mereka sebagai profesi, artikel ini juga menyoroti beragam label dan nilai yang diberikan pemerintah pada identitas guru yang dapat menciptakan kesenjangan dan konflik. Artikel ini berpendapat bahwa pendidikan yang memerdekakan seharusnya dibangun di atas kebenaran dan ilmu pengetahuan, sementara saat ini pendidikan lebih fokus pada penjagaan moral.
Baca lebih lajut »

Pengumuman PPPK Guru Tahap 1 Belum Ada, Guru Honorer Kecemasan Nilai di Utak-atikPengumuman PPPK Guru Tahap 1 Belum Ada, Guru Honorer Kecemasan Nilai di Utak-atikBanyak guru honorer yang khawatir nilai seleksi kompetensinya diutak-atik sehingga mereka harus tersingkir. Pengumuman PPPK guru tahap 1 belum ada sampai hari ini, Kamis (2/1).
Baca lebih lajut »

Pemerintah Libatkan Organisasi Guru untuk Tingkatkan Kompetensi GuruPemerintah Libatkan Organisasi Guru untuk Tingkatkan Kompetensi GuruMelalui peraturan ini, Kemendikdasmen memberi ruang yang lebih baik bagi organisasi profesi guru untuk tingkatkan kompetensi guru Indonesia.
Baca lebih lajut »

Pengumuman PPG Guru Tertentu Januari 2025Pengumuman PPG Guru Tertentu Januari 2025Pengumuman Pendidikan Profesi Guru (PPG) Guru Tertentu akan disampaikan pada Januari 2025
Baca lebih lajut »

Ratusan Guru di Jayapura Tuntut Pembayaran Uang Lauk Pauk, Ini 9 Tuntutannya!Ratusan Guru di Jayapura Tuntut Pembayaran Uang Lauk Pauk, Ini 9 Tuntutannya!Guru di Papua Demo Tuntut di Bayarkan ULP dan Sertifikasi Guru Tahun 2023 dan 2024
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-02-15 07:52:57