Dua warga Sumberasih, Kabupaten Probolinggo tersebut dulunya adalah maling. Sebelum bertobat, banyak kisah yang dialami keduanya.
Latar belakang masa lalu SLM sudah banyak diketahui warga. Apalagi tetangganya. Tetapi orang-orang sudah menganggap SLM insyaf dan jauh dari masa lalunya. Dia pun dihormati dan kini sering dimintai pendapat dan nasihat. Terutama bagi kaum muda di desanya.
Ini terlihat saat dia dikunjungi ke rumahnya. Banyak pemuda yang nyangkruk. Pria ini ramah dan selalu tersenyum. Kebetulan saat itu dia tengah ditemui seorang remaja yang tenah diberi nasihat. SLM hanya menyebut, remaja tersebut mentaati orangtuanya. Berkali-kali dia bilang, kehidupan dunia hanya sesaat.
Begitulah SLM sehari-hari. Dia memang bukan ustaz. Tetapi masyarakat sudah menganggapnya sebagai tokoh. Terlebih saat dia ikut membangun masjid di sekitar rumahnya dan memiliki sejumlah santri dan kerap mengajarkan beberapa ilmu yang dia dapat dari pesantren, sebelum dia bertobat.SLM masih memiliki pengaruh besar. Bahkan aparat dan pejabat banyak yang mengenalinya. Orang-orang tahu, dia merupakan mantan maling besar. Maling yang sadis, berani, dan tak takut siapapun.
SLM muda hidup di sekitar tahun 80-an. Pekerjaan menjadi maling bukanlah pilihan. Tapi dia memang terjerumus karena lingkungan. Terjebak di jalan yang salah, SLM semakin menjadi tatkala dia tahu, betapa banyaknya duit yang bisa didapatnya. Meski risikonya besar.