Simak kisah Alfredo Di Stefano sebelum menjadi legenda sepak bola bersama Real Madrid.
Liputan6.com, Jakarta - Pemberontakan meledak di sepak bola Argentina pada 1948. Asosiasi pemain menolak merumput sebagai tanda protes akan keadaan.
Sementara Menteri Tenaga Kerja Argentina justru menerapkan kebijakan lebih drastis. Pemerintah menetapkan batas bayaran pemain sepak bola sebesar 1.500 peso.Tercatat ada 57 nama yang pergi, termasuk Alfredo Di Stefano, Adolfo Pedernera, Nestor Rossi, Rene Pontoni, Julio Cozzi, dan Oscar Sastre. Di Stefano jadi salah satu nama yang vokal memperjuangkan nasib koleganya.
Klub lalu dijuluki Millionaires menyusul kebijakan rekrutmen pemain mahal dari luar negeri. Panggilan itu kemudian jadi bagian penting identitas klub yang mengubah nama menjadi seperti dikenal sekarang. Tidak hanya di pentas domestik, Millonarios FC juga cemerlang pada ajang internasional. Kesempatan bersinar datang ketika pengusaha dari Venezuela menggelar kompetisi yang melibatkan klub Eropa dan Amerika Selatan.
Di sini Millonarios FC merasakan dampak negatif kebijakan yang diterapkan. Dengan merekrut pemain mahal menggunakan uang, besar kemungkinan mereka pergi karena alasan sama. Loyalitas mereka tertuju ke faktor ekonomi, bukan hubungan emosional ke klub.