Banjir di Indonesia Bukan Semata akibat Cuaca Ekstrem

Indonesia Berita Berita

Banjir di Indonesia Bukan Semata akibat Cuaca Ekstrem
Indonesia Berita Terbaru,Indonesia Berita utama
  • 📰 hariankompas
  • ⏱ Reading Time:
  • 65 sec. here
  • 3 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 29%
  • Publisher: 70%

Kerusakan lingkungan menjadi persoalan serius dalam jangka panjang karena berpotensi memicu bencana alam setiap saat.

Warga Desa Lembeng, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, membantu mobil pikap yang ingin melintas di titik banjir jalur Trans-Kalimantan yang menghubungkan tiga provinsi pada Kamis . Beberapa truk dan mobil yang memaksa lewat terpaksa didorong lantaran mesin mati ketika terendam banjir.di sejumlah wilayah membuat nyawa manusia senantiasa terancam karena terjangan bencana yang tiba-tiba melanda.

Pada akhir Januari lalu, banjir melumpuhkan kegiatan di sejumlah kota di Kalimantan. Di Kalimantan Tengah, misalnya, lima dari 14 kota/kabupaten di sana, yaitu Barito Selatan, Barito Utara, Murung Raya, Kapuas, dan Kotawaringin Barat, terendam banjir cukup parah. Sebanyak 217.988 orang di 193 desa dan 26 kecamatan terdampak bencana ini. Jalur Trans-Kalimantanpun menjadi lumpuh akibat banjir setinggi 1-2 meter yang merendam wilayah tersebut.

Hampir semua kejadian banjir di Kalimantan tersebut disebabkan tingginya curah hujan. Kondisi ini semakin intensif terjadi manakala ada fenomena cuaca ekstrem seperti yang terjadi saat ini. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, cuaca ekstrem pada Maret 2024 ini terjadi lantaran adanya tiga fenomena pemicu.

Data dari BPS menunjukkan, deforestasi neto di Kalimantan mencapai 406.500 hektar pada rentang 2017-2022. Deforestasi terluas terjadi di Kalimantan Timur-Kalimantan Utara yang mencapi 180.100 hektar dan Kalimantan Barat hingga seluas 100.700 hektar. Hilangnya hutan Kalimantan dalam periode tersebut lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya terutama periode 1990-an. Di DAS Barito, misalnya, KLHK menyebutkan penurunan terbesar terjadi pada kurun 1990-2000 yang mencapai 55,5 persen.

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

hariankompas /  🏆 8. in İD

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

Bencana Banjir Bukan Semata akibat Cuaca EkstremBencana Banjir Bukan Semata akibat Cuaca EkstremKerusakan lingkungan menjadi persoalan serius dalam jangka panjang karena berpotensi memicu bencana alam setiap saat.
Baca lebih lajut »

Ibunda Sabda Ahessa Pastikan Uang Rp 396 Juta Wulan Guritno Bukan Dana Talangan dan Bukan PinjamanIbunda Sabda Ahessa Pastikan Uang Rp 396 Juta Wulan Guritno Bukan Dana Talangan dan Bukan PinjamanIbunda Sabda Ahessa, Shanty Widhiyanti, senang masalah yang sempat membelit anaknya sudah berakhir setelah Sabda mengembalikan uang Wulan.
Baca lebih lajut »

Data Korban Banjir Kota Kendari Terlambat Masuk, Bantuan ke Ribuan Warga TerhambatData Korban Banjir Kota Kendari Terlambat Masuk, Bantuan ke Ribuan Warga TerhambatData korban banjir Kendari terlambat masuk, korban banjir Terhambat dapat bantuan.
Baca lebih lajut »

VIDEO: Banjir Bandang Terjang Desa Wangandowo, Dua Warga Terseret Arus Banjir hingga TewasVIDEO: Banjir Bandang Terjang Desa Wangandowo, Dua Warga Terseret Arus Banjir hingga TewasBanjir bandang menerjang Desa Wangandowo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu malam. Dua warga terseret arus banjir dan ditemukan meninggal dunia.
Baca lebih lajut »

Waspadai Cuaca Ekstrem, Indonesia Sejauh Ini Sudah Mengalami 106 Kali BanjirWaspadai Cuaca Ekstrem, Indonesia Sejauh Ini Sudah Mengalami 106 Kali BanjirJPNN.com : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 33 warga di Provinsi Sumatra Barat menjadi korban jiwa akibat banjir dan tanah lo
Baca lebih lajut »

BRIN Pastikan Pusaran Angin di Rancaekek Bukan Tornado Pertama di IndonesiaBRIN Pastikan Pusaran Angin di Rancaekek Bukan Tornado Pertama di IndonesiaPeneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN menyatakan bahwa pusaran angin di Rancaekek bukanlah tornado pertama yang terjadi di Indonesia. Peneliti juga menyebutkan bahwa angin kencang di Jawa Barat memiliki kemiripan dengan tornado yang biasa terjadi di Amerika Serikat.
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-02-22 01:53:56