Kisah jurnalis Yuniadhi Agung yang meliput tsunami Aceh 20 tahun lalu dan aroma tsunami yang terus melekat padanya.
Aroma liputan tsunami belum juga mau hilang dari badan Yuniadhi Agung. Baginya, meliput tsunami adalah salah satu pengalaman besarnya sebagai jurnalis.Setiap berbincang tentang peristiwa tsunami, seketika saja hidung saya mencium bau yang menerbangkan saya ke peristiwa yang terjadi 20 tahun silam. Bau itu ingin sekali saya hilangkan, namun hingga kini selalu melekat dan tiba-tiba tercium sangat kuat.
Sebagai seorang jurnalis baru, mendapatkan tugas liputan ke luar Jakarta berarti menikmati suasana yang baru. Jika pada tugas dinas luar kota yang lain saya berangkat dengan sukacita, maka keberangkatan saya ke Aceh, pada Januari 2005 terasa sangat berat. Campur aduk sekali di hati: rasa penasaran, tegang, dan sedih berbaur dengan semangat kerja lapangan seorang jurnalis.Kawasan di Banda Aceh yang porak poranda tersapu tsunami, dilihat dari helikopter, Kamis (13/1/2005). Saya mendapatkan tugas menggantikan teman fotografer Kompas yang sedang berada di Aceh untuk meliput berita pascatsunami. Agus Susanto telah hadir di Aceh dua hari setelah tsunami menghancurkan sebagian kawasan Aceh, Minggu 26 Desember 2024. Setelah itu, Danu Kusworo, Johnny TG, Eddy Hasby, dan rekan fotografer lain silih berganti meliput di Aceh. Saya tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, sebulan setelah peristiwa tsunami. Dari bandara, saya singgah di kuburan massal korban tsunami Aceh. Tanah lapang dengan timbunan tanah di sisi hamparan sawah luas tersebut seperti sebuah proyek pembangunan cluster baru di Tangerang Selatan. Di tempat tersebut, ribuan korban yang tidak dikenal dimakamkan dalam satu tempat. Hamparan tanah liat yang masih basah tersebut memunculkan aura kepedihan dan kengerian tentang apa yang terjadi disana. Sebetulnya, tugas saya meliput pascatsunami Aceh ini bisa dibilang mudah tapi juga bera
Tsunami Aceh Jurnalisme Kenangan Pengalaman
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Siap Hadapi Tsunami, Kemadang Wakili DIY dalam Simposium Tsunami DuniaKemadang, Kapanewon Tanjungsari, Gunungkidul menjadi satu-satunya Kalurahan di DIY yang siap menghadapi bencana tsunami. Pemerintah dan masyarakat setempat berhasil mendapatkan pengakuan UNESCO IOC sebagai Masyarakat Siap Tsunami pada bulan Desember 2022 lalu.
Baca lebih lajut »
Bisnis Angkutan darat Bisa Terus Berkembang Asal Terus BerinovasiBisnis angkutan bus di Indonesia terus berinovasi untuk memenuhi tuntutan pasar. PO Sindoro Sejahtera Mulya hadir dengan layanan baru dan armada modern.
Baca lebih lajut »
Tahun 2025, Fore Coffee Tambah 60 Gerai Termasuk SingapuraTahun depan juga akan terus ekspansi bertahan minimal 60 outlet untuk terus bisa buka
Baca lebih lajut »
Nungki Kusumastuti Berkaca-Kaca Nonton Film Pendek Karya Anak SMPNungkimerasa punya harapan yang sangat besar bahwa dunia perfilman Indonesia akan terus membaik dan terus berkembang
Baca lebih lajut »
Warga Kasihan Bantul Temukan Bayi Laki-laki dengan Tali Pusar Masih Menempel di Jembatan WiduriBerita Warga Kasihan Bantul Temukan Bayi Laki-laki dengan Tali Pusar Masih Menempel di Jembatan Widuri terbaru hari ini 2024-11-26 13:07:23 dari sumber yang terpercaya
Baca lebih lajut »
Cuci Apel dengan Soda Kue, Cara Ampuh Hilangkan Pestisida yang MenempelApakah selama ini Anda sudah mencuci apel dengan benar? Cek tips selengkapnya di sini.
Baca lebih lajut »