Aroma Rekonsiliasi dalam Merayakan Pram

X-Hide-Inspire-Me Berita

Aroma Rekonsiliasi dalam Merayakan Pram
Seabad PramSeabad PramoedyaPramoedya Ananta Toer
  • 📰 hariankompas
  • ⏱ Reading Time:
  • 237 sec. here
  • 9 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 112%
  • Publisher: 70%

Tak ada air mata yang menetes di acara itu. Kobaran semangat untuk bersikap berani terlontar dari hadirin.

Keluarga membicarakan kenangan tentang sastrawan Pramoedya Ananta Toer , sementara para penggemar karya Pram membicarakannya di Pendopo Bupati Blora , Jawa Tengah. Pram yang sepanjang hidupnya menjaga jarak dengan kekuasaan, justru dirayakan sedemikian rupa oleh pemerintah daerah dan komunitas.

Eko Arifianto, warga Blora, menceritakan pertemuannya dengan Pram di Blora pada 2004. Koko, panggilannya, pernah dibentak Pram. ”Kami mengobrol berdua sampai tengah malam. Dia gelisah betul dengan pemimpin bangsa yang kehilangan karakter. Respons saya cuma angguk-angguk kepala. Tiba-tiba saya dibentak. ’Kamu ini! Jangan angguk-angguk saja. Saya sedang marah’ kata Pram sambil menggebrak meja.”

Rangkaian acara seperti ini baru pertama kali digelar. Maklum, selama era Orde Baru, segala yang berbau Pram dilarang muncul karena dianggap membahayakan ideologi negara dan stabilitas nasional. Soes bercerita tentang banyak hal. Kadang ceritanya berputar, melenceng dari yang ditanyakan, apalagi kalau pertanyaannya kurang keras. Penulis yang melahirkan puluhan buku itu bertutur tentang masa kecil Pram di rumah itu. Pram dan Soes terpaut 12 tahun. Jadi, sebenarnya masa kecil mereka tidak akrab-akrab amat. Namun, Pram pernah berujar bahwa Soes adalah adik kesayangannya.

Wahyu Arya Fernandi , salah satu yang ada di ruang tamu siang itu. Dia mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta. Nandi, panggilannya, datang ke Blora demi menghadiri peringatan seabad Pram sejak Kamis . Selama di Blora, dia banyak membaca buku atau mengobrol dengan tamu-tamu lain di rumah Pataba itu.Pengunjung beristirahat di rumah masa kecil Pramoedya Ananta Toer yang kini bernama Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa , Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Sabtu .

”Sudah belum, ini?” katanya. ”Saya mau tidur.” Dia merapikan bantal yang ada di bangku semeteran itu, lalu merebahkan kepalanya. Obrolan usai.Rangkaian acara Seabad Pram juga diisi dengan drama pembacaan surat-surat Pram untuk keluarganya di bawah cuaca yang agak mendung. Ada 12 pucuk surat yang dibacakan dari ratusan pucuk surat Pram untuk keluarganya. Surat itu ada yang pendek dan panjang. Semua surat ditulis dari Pulau Buru.

Dalam surat kepada Yudi, anak laki-lakinya, Pram awalnya menanyakan, apa yang sedang dikerjakan Yudi. ”Barangkali juga kau sedang menukang. Apakah kau sedang membuat kandang burung?” tulis Pram.Siswa memegang teks berisi surat yang ditulis Pramoedya Ananta Toer untuk keluarga di SMPN 5 Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Jumat . Sejumlah siswa SMPN 5 Blora membacakan surat-surat Pramoedya Ananta Toer untuk keluarga.

Pram meminum segelas santan kental yang diberi sabun colek. Kemudian ia berjalan di tempat selama empat jam tiada henti. Akhirnya, batu kencingnya meluruh dan keluar bersama urine disertai darah.Keluarga membicarakan kenangan tentang sastrawan Pramoedya Ananta Toer, sementara para penggemar karya Pram membicarakannya di Pendopo Bupati Blora, Jawa Tengah. Pram yang sepanjang hidupnya menjaga jarak dengan kekuasaan, justru dirayakan sedemikian rupa oleh pemerintah daerah dan komunitas.

Eko Arifianto, warga Blora, menceritakan pertemuannya dengan Pram di Blora pada 2004. Koko, panggilannya, pernah dibentak Pram. ”Kami mengobrol berdua sampai tengah malam. Dia gelisah betul dengan pemimpin bangsa yang kehilangan karakter. Respons saya cuma angguk-angguk kepala. Tiba-tiba saya dibentak. ’Kamu ini! Jangan angguk-angguk saja. Saya sedang marah’ kata Pram sambil menggebrak meja.”

Rangkaian acara seperti ini baru pertama kali digelar. Maklum, selama era Orde Baru, segala yang berbau Pram dilarang muncul karena dianggap membahayakan ideologi negara dan stabilitas nasional. Soes bercerita tentang banyak hal. Kadang ceritanya berputar, melenceng dari yang ditanyakan, apalagi kalau pertanyaannya kurang keras. Penulis yang melahirkan puluhan buku itu bertutur tentang masa kecil Pram di rumah itu. Pram dan Soes terpaut 12 tahun. Jadi, sebenarnya masa kecil mereka tidak akrab-akrab amat. Namun, Pram pernah berujar bahwa Soes adalah adik kesayangannya.

Wahyu Arya Fernandi , salah satu yang ada di ruang tamu siang itu. Dia mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta. Nandi, panggilannya, datang ke Blora demi menghadiri peringatan seabad Pram sejak Kamis . Selama di Blora, dia banyak membaca buku atau mengobrol dengan tamu-tamu lain di rumah Pataba itu.Pengunjung beristirahat di rumah masa kecil Pramoedya Ananta Toer yang kini bernama Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa , Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Sabtu .

”Sudah belum, ini?” katanya. ”Saya mau tidur.” Dia merapikan bantal yang ada di bangku semeteran itu, lalu merebahkan kepalanya. Obrolan usai.Rangkaian acara Seabad Pram juga diisi dengan drama pembacaan surat-surat Pram untuk keluarganya di bawah cuaca yang agak mendung. Ada 12 pucuk surat yang dibacakan dari ratusan pucuk surat Pram untuk keluarganya. Surat itu ada yang pendek dan panjang. Semua surat ditulis dari Pulau Buru.

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

hariankompas /  🏆 8. in İD

Seabad Pram Seabad Pramoedya Pramoedya Ananta Toer Blora

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

Seratus Tahun Pram, Apakah Perempuan masih dalam Jerat yang SamaRASANYA aku sudah tak berjiwa lagi seperti selembar wayang di tangan ki dalang kata Sanikem salah satu karakter perempuan dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer
Baca lebih lajut »

Timeless Beauty: Merayakan Kecantikan dalam Setiap Tahap KehidupanTimeless Beauty: Merayakan Kecantikan dalam Setiap Tahap KehidupanAcara peluncuran Ageless Peptide Serum oleh Duvaderm di Pop-up Booth Ashta, District 8, mengukuhkan filosofi Timeless Beauty yang memandang kecantikan sebagai perjalanan berkelanjutan, bukan pencapaian sementara. Emilia Achmadi, Chief Scientist Officer Duvaderm, menegaskan bahwa setiap tahap kehidupan adalah kesempatan untuk menjadi versi terbaik diri dan merayakan perubahan fisik sebagai bagian dari perjalanan hidup.
Baca lebih lajut »

Skin Positivity: Merayakan Keindahan Kulit dalam Segala BentukSkin Positivity: Merayakan Keindahan Kulit dalam Segala BentukSkin positivity adalah gerakan yang mendorong penerimaan diri dan merayakan keindahan kulit dalam segala bentuk dan warna. Gerakan ini mengajak kita untuk melepas standar kecantikan sempit dan menghargai kulit kita sendiri.
Baca lebih lajut »

Gubernur Terpilih Jakarta Pramono Anung Bertemu Pendukungnya di Lapangan BantengGubernur Terpilih Jakarta Pramono Anung Bertemu Pendukungnya di Lapangan BantengGubernur terpilih Jakarta periode 2025-2029, Pramono Anung menghadiri acara Pesta Rakyat Menyambut Kemenangan Mas Pram-Bang Doel bersama Sahabat Pram
Baca lebih lajut »

Upaya Ungkap Identitas 14 Korban, RS Polri Gelar Rekonsiliasi Jenazah Korban Kebakaran Glodok Hari IniUpaya Ungkap Identitas 14 Korban, RS Polri Gelar Rekonsiliasi Jenazah Korban Kebakaran Glodok Hari IniRekonsiliasi jenazah merupakan salah satu fase dalam proses identifikasi korban bencana atau disaster victim identification (DVI0.
Baca lebih lajut »

Merayakan se-Abad Pramoedya Ananta Toer di Kota Kelahirannya, Ada Acara Apa Saja?Merayakan se-Abad Pramoedya Ananta Toer di Kota Kelahirannya, Ada Acara Apa Saja?Festival SeAbad Pram di Blora akan jadi pembuka rangkaian perayaan 100 tahun Pramoedya Ananta Toer selama setahun ke depan.
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-02-19 11:44:12