Semakin mudahnya akses pada makanan dan minuman dengan kandungan tinggi gula membuat anak semakin berisiko mengalami kecanduan gula.
JAKARTA, KOMPAS — Anak semakin berisiko mengalami kecanduan gula dengan semakin mudahnya akses pada makanan dan minuman dengan kandungan tinggi gula. Jika tidak dibatasi, risiko penyakit seperti obesitas dan diabetes melitus semakin besar. Orangtua diharapkan lebih bijak dengan membatasi asupan gula pada anak.
Pemanis ini luar biasa dahsyatnya dalam merusak kesehatan anak-anak kita apabila diberikan terus dan terus dan terus. Pada kelompok anak, sekitar separuh anak umur 3-9 tahun makan makanan manis lebih dari sekali per hari. Lebih dari separuh anak umur 3-14 tahun minum minuman manis lebih dari sekali setiap hari.Sebagian besar masyarakat menilai makanan dan minuman berisiko yang manis, asin, berlemak, dan lain-lainnya lebih disukai karena enak rasanya dan mudah didapatkan . Namun, sebanyak 43,3 persen tidak tahu bahaya dan risiko dari makanan dan minuman tersebut.
”Orangtua perlu lebih mengenali, gula tersembunyi ini adalah gula tambahan yang tidak jelas terlihat pada label atau nama bahan makanan dan sumber utama dari makanan dan minuman olahan yang sering dianggap sehat,” ujarnya.Pada kemasan produk minuman dan makanan, gula tersembunyi biasa ditulis sebagai sukrosa, fruktosa, glukosa atau dekstrosa. Selain itu, gula tambahan dapat ditulis pula sebagai sirup jagung tinggi fruktosa , madu, molase, maltosa, serta jus buah terkonsentrasi.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso dalam webinar bertajuk ”Mengontrol Sugar Addiction pada Anak” di Jakarta, Selasa , mengatakan, jumlah kasus penyakit tidak menular pada anak semakin melonjak. Ini salah satunya disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak sehat, termasuk mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula.Tingginya konsumsi produk makanan dan minuman manis dipengaruhi oleh kemudahan akses dalam memperoleh produk tersebut.
Padahal, ketika seorang anak terlalu banyak mengonsumsi gula tambahan, itu dapat mempercepat penyerapan karbohidrat yang memicu lonjakan kandungan gula dalam darah. Kadar gula darah yang melonjak tersebut kemudian akan menurun tajam hingga terjadi kondisiUntuk itu, ia berharap agar masyarakat semakin menyadari bahaya dari kondisi adiksi gula pada anak.
Bahaya Gula Pada Anak Kesehatan Anak Diabetes Anak Anak Kecanduan Gula Ikatan Dokter Anak Indonesia Sdgs SDG03-Kehidupan Sehat Dan Sejahtera SDG02-Tanpa Kelaparan
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
PBB: Krisis Myanmar Makin Parah, Konflik Makin Berdarah dan Jaringan Kriminal Makin Tidak TerkendaliUtusan khusus PBB untuk Myanmar Julie Bishop menekankan 'para pelaku di Myanmar harus bergerak melewati mentalitas zero-sum saat ini.'
Baca lebih lajut »
Makin Lama Waktu Anak Bersama Gawai, Makin Tinggi Risiko Depresi dan Bunuh DiriPenggunaan gawai berlebih pada anak usia remaja awal 9-10 tahun memicu gangguan kecemasan, depresi, kesulitan fokus, hingga perilaku impulsif.
Baca lebih lajut »
Kronologi Tom Lembong Jadi Tersangka Korupsi Impor Gula, Rugikan Negara Rp400 Miliar saat Indonesia Surplus GulaBerita Kronologi Tom Lembong Jadi Tersangka Korupsi Impor Gula, Rugikan Negara Rp400 Miliar saat Indonesia Surplus Gula terbaru hari ini 2024-10-29 21:11:33 dari sumber yang terpercaya
Baca lebih lajut »
Kasus Impor Gula Mencuat, Kenapa RI Bergantung Gula Impor?RI mengimpor Rp44,33 triliun gula sepanjang tahun 2023 lalu.
Baca lebih lajut »
Anak-Anak Rentan Diserang Pneumonia, Ini Penjelasan Dokter AnakPneumonia termasuk dalam 10 penyebab utama kematian terutama pada kelompok rentan seperti bayi dan anak-anak di bawah lima tahun.
Baca lebih lajut »
Perbedaan Hari Anak Sedunia, Hari Anak Internasional dan Hari Anak NasionalHari Anak Sedunia sebentar lagi akan tiba. Nah simak berikut ini jadwalnya lengkap dengan perbedaan Hari Anak Sedunia, Hari Anak Internasional dan Hari Anak Nasional.
Baca lebih lajut »