Asosiasi Pelaku Reksa Dana & Investasi Indonesia (APRDI) mengimbau investor tenang dan bijak dalam menyikapi kelanjutan kasus Jiwasraya.
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia mengimbau investor untuk tenang dan bijak dalam mengambil keputusan investasi, terkait kelanjutan kasus korupsi Jiwasraya yang menyeret 13 manajer investasi.
Manajer investasi juga dianjurkan untuk menyampaikan penjelasan kepada investor reksa dana dengan informasi yang sebenar-benarnya. Sehingga, investor memiliki pertimbangan yang cukup dan akurat guna mengambil keputusan investasinya.APRDI mencatat, jumlah reksa dana di Indonesia per 24 Juni 2020 sebanyak 2.211 produk. Nilai aktiva bersih aset seluruh reksa dana tersebut sebesar Rp 487 triliun.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
13 MI Tersangka Kasus Jiwasraya, Bos BEI: Investor Jangan KhawatirYang dibekukan produknya, bukan MI.
Baca lebih lajut »
13 Manajer Investasi Jadi Tersangka Kasus Jiwasraya, Bagaimana Nasib Dana Nasabah?Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan 13 manajemen investasi (MI) sebagai tersangka pada kasus Jiwasraya.
Baca lebih lajut »
13 MI Terlibat Kasus Jiwasraya, BEI Sebut Dana Investor Aman |Republika Online13 Manajer Investasi (MI) ditetapkan sebagai tersangka kasus Jiwasraya.
Baca lebih lajut »
13 Manajer Investasi Terseret Kasus Jiwasraya, Jaksa Agung: Nasabah Tidak Perlu KhawatirJaksa Agung ST Burhanuddin minta para pemilik reksadana dari 13 perusahaan tersangka kasus korupsi Jiwasraya tetap tenang KasusasuransiJiwasraya
Baca lebih lajut »
OJK Pastikan 13 MI Tersangka Kasus Jiwasraya Tetap BeroperasiOJK memastikan 13 manajer investasi (MI) yang terjerat kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tetap beroperasi normal.
Baca lebih lajut »
Daftar Kasus yang Jerat Regulator Keuangan, Selain OJKKejagung menetapkan pejabat OJK sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak korupsi Asuransi Jiwasraya. Ini bukan kali pertama regulator terseret kasus.
Baca lebih lajut »