Rayakan 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer dengan kisah menarik tentang kehidupannya, perjuangannya, dan kontribusinya dalam dunia sastra Indonesia.
Pramoedya Ananta Toer , atau yang lebih dikenal sebagai Pram, merupakan salah satu sastrawan Indonesia yang paling dihormati. Lahir di Blora pada 6 Februari 1925, Pram telah menghasilkan lebih dari 50 karya sastra yang diterjemahkan ke dalam 41 bahasa asing. Karya-karyanya telah memperkenalkan Indonesia dan Asia kepada dunia, membuatnya menjadi duta budaya yang diakui secara internasional.
Kelahiran Pram yang ke-100 pada tahun 2025 dirayakan dengan acara bertajuk 'Tur Toer Tualang' di Ruang Kreatif & Literasi Cakrawala Kata, Surabaya. Acara ini menghadirkan Soesilo Toer, adik Pram, yang membagikan cerita menarik tentang kehidupan Pram semasa kecil hingga dewasa. Soesilo menceritakan bahwa Pram tumbuh sebagai yatim piatu dan bertanggung jawab mengasuh adik-adiknya, termasuk dirinya sendiri. Pram dikenal sebagai sosok yang disiplin dan keras dalam mendidik adik-adiknya. Soesilo dan Pram kemudian pindah ke Jakarta pada tahun 1950 saat memasuki usia SMP. Mereka menempuh pendidikan di Taman Siswa dengan keterbatasan finansial. Pram harus rela berjuang untuk mendapatkan uang jajan dan mencari tambahan penghasilan jika memungkinkan. Keluarga Toer dikenal dekat dengan dunia literasi, dan dari delapan saudara kandung, enam di antaranya menjadi penulis dan penerjemah. Soesilo juga menceritakan tentang kakaknya, Koesalah Soebagyo Toer, yang dianugerahi penghargaan Puskin Award sebagai Penerjemah bahasa Rusia terbaik oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada tahun 2017. Koesalah mampu menerjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Jawa, Belanda, Inggris, dan Jerman. Soesilo hadir mewakili kakaknya saat itu, karena Koesalah telah meninggal dunia pada tahun 2016. Dalam diskusi, Soesilo juga membahas tentang proses kreatif Pram yang menggabungkan fakta dan fiksi dalam karyanya. Ia menekankan bahwa Pram selalu berusaha membuat tulisannya menarik dan menggugah pikiran pembaca. Soesilo juga bercanda tentang Pram yang seorang penulis sejak usia muda, sementara dirinya memulai menulis lebih awal. Soesilo percaya bahwa kegemaran membaca dan menulis sejak dini merupakan kunci untuk kemajuan suatu bangsa. Ia juga menceritakan tentang surat yang diterima Pram dari mantan presiden Indonesia, Soeharto, yang mengajak Pram untuk mengikuti era Orde Baru. Pram menolak tawaran tersebut dan menegaskan komitmennya terhadap kebebasan. Soesilo yang juga pernah ditahan, berbagi pengalamannya saat dibebaskan pada tahun 1978. Ia hanya diberikan pesangon Rp10 dan keluar dari penjara dengan hanya satu sandal jepit dan sebungkus pakaian. Semua barang berharga, termasuk sepatu buatan Prancis, mesin tulis, dan alat pencuci film, disita saat ia ditahan. Meskipun mengalami begitu banyak kesulitan, semangat keluarga Toer untuk berkontribusi dalam dunia literasi tidak pernah luntur. Soesilo, meski telah berusia 87 tahun, tetap aktif menulis buku, menjual buku, menyunting, dan memulung. Ia juga mengelola Perpustakaan Pataba, yang terletak di rumah masa kecil Pram. Perpustakaan ini menjadi salah satu pusat pembelajaran dan budaya yang terkenal hingga ke luar negeri. Kisah hidup Pramoedya Ananta Toer dan keluarganya tentu menginspirasi banyak orang untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam membangun bangsa.
Pramoedya Ananta Toer Sastrawan Indonesia Kehidupan Leluhur Budaya Literasi Perpustakaan Pataba
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
100 Tahun Pramoedya Ananta Toer: Merayakan Keberanian dan PerlawananIndonesia merayakan 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer dalam gerakan SeAbadPram pada 2025. Perayaan ini menandai kontribusinya sebagai sastrawan, pemikir, jurnalis, dan pejuang bangsa. Festival peluncuran akan digelar di Blora, kota kelahiran Pram, dari 6-8 Februari 2025.
Baca lebih lajut »
Mengenang 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer, Begini Sosoknya di Mata Budayawan dan SenimanMeskipun telah tiada, Pramoedya Ananta Toer selalu dikenang dalam dunia sastra, terutama oleh budayawan dan seniman.
Baca lebih lajut »
Kisah Masa Kecil Pramoedya Ananta Toer diungkapFestival SeAbad Pram di Blora akan menghidupkan dan menyebarluaskan pemikiran, semangat, dan nilai-nilai dalam karya-karya Pramoedya Ananta Toer kepada generasi muda sepanjang tahun 2025.
Baca lebih lajut »
Indonesia Rayakan Satu Abad Kelahiran Pramoedya Ananta ToerMerayakan satu abad kelahiran sastrawan Indonesia ternama, Pramoedya Ananta Toer, berbagai acara digelar di Blora, Jawa Tengah.
Baca lebih lajut »
Sastra dan Perlawanan Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan yang Lahir Seabad LaluTERLAHIR sebagai putra sulung keluarga guru nasionalis di Blora 6 Februari 1925 Pramoedya Ananta Toer menempuh pendidikan dasar di Institut Boedi Oetomo Blora yang dipimpin ayahnya
Baca lebih lajut »
Festival Seabad Pramoedya Ananta Toer Bakal Digelar di BloraFestival Seabad Pramoedya Ananta Toer yang akan berlangsung di Blora menjadi pembuka rangkaian perayaan warisan-warisan bagi sastrawan penulis Tetralogi Buru. Beragam seniman dari Jakarta dan Blora akan mengisi acara, termasuk Happy Salma yang akan menampilkan monolog.
Baca lebih lajut »